Jumat, 28 Juni 2013

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH DAN TEKNIK PEMUPUKAN



LAPORAN  LENGKAP PRAKTIKUM
KESUBURAN TANAH
DAN TEKNIK PEMUPUKAN
“Pembuatan Pupuk Organik”



Oleh    :

SIAMRUN
D1B1 12 037









PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
2013
I.              PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen tambahan. Pupuk mengandung bahan baku pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormontumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen.
Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terkaku banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyan zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun.
Dalam proses pertanian untuk membantu menyuburkan tanah dan tanaman diperlukan adanya pemupukan. Pupuk yang digunakan terdiri dari dua macam pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang memanfaatkan sampah daun, kotoran hewan dan seresah. Sedangkan pupuk anorganik yaitu pupuk yang sengaja dibuat di pabrik seperti Urea, KCl, SP-36, dan lain-lain. Pemupukan dilakukan sesuai kondisi tanaman dan tanah. Ketika tanaman kekurangan suatu unsur maka dilakukan pemupukan. Selain pupuk tanaman juga memerlukan perawatan intensif seperti pengairan, pembajakan untuk menunjang pertumbuhan tanaman..
1.2   Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari pembuatan pupuk organik (Kompos kotoran ayam, kompos kotoran sapi dan pupuk bokashi) yaitu untuk mengetahui cara pembuatan pupuk dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam pembuatan pupuk.
Kegunaan dari pembuatan pupuk organik (Kompos kotoran ayam, kompos kotoran sapi dan pupuk bokashi) yaitu praktikan dapat mengetahui cara pembuatan pupuk dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam pembuatan pupuk.














II.           TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk organik ialah pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan pupuk alam tergolong pupuk organik ( pupuk kandang, kompos, guano ). Pupuk alam yang tidak termasuk pupuk organik misalnya rock phosphat, umumnya berasal dari batuan sejenis apatit (Ca3(PO4)2). Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari pelapukan sisa-sisa makhluk hidup seperti tanaman, hewan dan manusia, serta kotoran hewan. Pupuk Organik umumnya lebih unggul dibandingkan pupuk anorganik (Marsono, 2000).
pupuk organik adalah pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos. Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang dapat digunakan apabila telah dikeringkan dan proses pelapukannya (dekomposisi) telah sempurna. Pupuk hijau berasal dari tanaman berpolong dan kacang-kacangan. Sedangkan kompos merupakan jenis pupuk yang berasal dari sisa-sisa bahan tanaman yang telah mengalami penguraian (dekomposisi) (Saktiyono, 2008).
Beberapa jenis pupuk organik sebagai pupuk alam berdasarkan bahan dasarnya, yaitu pupuk kandang, kompos, humus, pupuk hijau dan pupuk mikroba. Sedangkan ditinjau dari bentuknya ada pupuk organik cair dan ada pupuk organik padat. Sebagai contoh kompos merupakan contoh pupuk organik padat yang dibuat dari bahan organik padat (tumbuh-tumbuhan), sedangkan thilurine adalah pupuk organik cair yang dibuat dari bahan organik cair (urine sapi). Pupuk organik dapat dibuat dari limbah, contohnya limbah peternakan sapi perah, baik berupa feses maupun urinenya dapat dijadikan bahan pembuatan pupuk organik (Musnamar, 2003).
Pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dengan proses fisika, kimia, atau biologis. Pada umumnya pupuk anorganik dibuat oleh pabrik. Bahan bahan dalam pembuatan pupuk anorgank berbeda beda, tergantung kandungan yang diinginkan. Misalnya unsur hara fosfor terbuat dari batu fosfor, unsure hara nitrogen terbuat dari urea. Pupuk anorganik sebagian besar bersifat hidroskopis. Hidroskopis adalah kemampuan menyerap air diudara, sehingga semakin tinggi higroskopis semakin cepat  pupuk mencair (Teti Suryati, 2009).
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi.  Misalnya urea berkadar N 45-46% (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen) (Lingga, 2000).
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik atau hasil industri dan mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman. Berdasarkan jumlah jenis unsur hara yang dikandungnya, pupuk anorganik ini dibagi dalam beberapa golongan, yaitu: (1). Pupuk tunggal : yaitu pupuk yang mengandung satu jenis unsur hara, misalnya urea (mengandung unsur N); TSP (mengandung unsur P) dan KCL (mengandung unsur K). (2). Pupuk majemuk; yaitu pupuk yang mengandung unsur N, P dan K sekaligus. Contohnya adalah Amofos (mengandung unsur dan P), Nitroposka (mengandung unsur N, P dan K). Berdasarkan jenis hara utama yang dikandung, pupuk anorganik dibagi dalam beberapa golongan, yakni : pupuk nitrogen, pupuk fosfor dan pupuk kalium (Teti Suryati, 2009).
Pupuk anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk.  Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan sebagainya.  Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara misalnya N + P, P + K, N + K, N + P + K dan sebagainya (Hardjowigeno, 2004).
Pupuk Bokashi adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik yang difermentasikan dengan efektife mikroorganisme (EM4) baik secara aerobik maupun an aerobik. Dalam EM4 memiliki 4 mikroorganisme yang membantu dalam proses penguraian bahan-bahan organik yaitu mikroorganisme fotosintetik, lactobaccillus, ragi dan fungi actinomiceter (Widiana, 2004).
Manfaat bokashi untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan, sangat perlu diterapkan teknologi yang murah dan mudah bagi petani. Tehnologi tersebut dituntut ramah lingkungan dan dapat menfaatkan seluruh potensi sumberdaya alam yang ada dilingkungan pertanian, sehingga tidak memutus rantai sistem pertanian (Widiana, 2004).
Penggunaan pupuk bokashi EM merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan pada pertanian saat ini. Pupuk bokashi adalah pupuk organik (dari bahan jerami, pupuk kandang, samapah organik, dll) hasil fermentasi dengan teknologi EM-4 yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan menekan pertumbuhan patogen dalam tanah, sehingga efeknya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman (Widiana, 2004).
Pupuk hijau adalah pupuk tanaman yang diambil melalui bagian tanaman yang masih muda yang dibenamkan kedalam tanah dengan tujuan untuk menambah unsur hara dan kandungan bahan organik pada tanah terutama unsur hara N (Lahuddin, 2007).
Pupuk hijau terbuat dari tanaman atau komponen tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah. Jenis tanaman yang banyak digunakan adalah dari familia Leguminoceae atau kacang-kacangan dan jenis rumput-rumputan (rumput gajah). Jenis tersebut dapat menghasilkan bahan organik lebih banyak, daya serap haranya lebih besar dan mempunyai bintil akar yang membantu mengikat nitrogen dari udara (Hardjowigeno, 2004).
Pupuk kompos adalah pupuk yang dibuat dari bahan organik yang di campurkan bahan pupuk berupa pupuk kandang dan hayati, jerami, sampah, limbah organik yang sebagian atau seluruhnya telah terdekomposisi (Suntoro, 2003).
Pupuk kompos merupakan bahan-bahan organik yang telah mengalami pelapukan, seperti jerami, alang-alang, sekam padi, dan lain-lain termasuk kotoran hewan. Sebenarnya pupuk hijau dan seresah dapat dikatakan sebagai pupuk kompos. Tetapi sekarang sudah banyak spesifisikasi mengenai kompos (Lahuddin, 2007).




III.             METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pembuatan pupuk organik (kompos kotoran ayam, pupuk kompos kotoran sapi dan pupuk bokashi) dilaksanakan pada pukul 11.30 WITA pada hari Sabtu tanggal 25 Mei 2013 bertempat di Kebun Percobaan jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum pembuatan pupuk organik (kompos kotoran ayam, pupuk kompos kotoran sapi dan pupuk bokashi) yaitu pacul, parang, timbangan, karung, terpal, sekop, alat tulis menulis dan kamera.
Bahan yang digunakan yaitu kotoran ayam, kotoran sapi, dedaunan/seresah, dedak, serbuk gergaji, EM4 dan air.
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum pembuatan pupuk kompos kotoran ayam, pupuk kompos kotoran sapi dan pupuk bokashi adalah sebagai berikut :
a.    Masing-masing kelompok menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat praktikum.
b.    Melebarkan terpal pada tempat yang telah ditentukan oleh asisten untuk mencampur bahan-bahan untuk membuat pupuk kompos kotoran ayam, pupuk kompos kotoran sapi dan pupuk bokashi.
c.    Mencampur bahan yang berbeda-beda untuk membuat pupuk yang berbeda
d.   Mengaduk hingga bahan tercampur secara merata
e.    Mencampur larutan EM4 dengan air secara merata
f.     Memberikan EM4 yang telah dicampur dengan air pada bahan yang telah diaduk dengan tujuan mempercepat proses dekomposisi
g.    Mengaduk kembali bahan yang telah di berikan EM4
h.    Setelah pengadukan selesai, bahan pembuatan pupuk dibuat gundukan agar mempermudah penutupan bahan dengan terpal
i.      Memperhatikan (mengaduk) tiap hari untuk menjaga suhu pada bahan pembuatan pupuk agar mikroorganisme dapat tetap hidup yang akan membantu proses dekomposisi bahan pembuatan pupuk
j.      Mengamati tiap minggu perubahan yang terjadi baik dari segi warna, bau dan bentuk morfologi lainnya.












BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil
Hasil dari praktikum pembuatan pupuk organik (kompos kotoran ayam, pupuk kompos kotoran sapi dan pupuk bokashi) dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
     Gambar 1. Pupuk                               Gambar 2. Pupuk             Gambar 3. Pupuk
 Kompos kotoran ayam           Kompos kotoran sapi                     Bokashi

4.2  Pembahasan
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari alam dan penggunaan pupuk organik makin meningkat sejalan dengan berkembangnya pertanian organik. Berdasarkan hasil praktikum pembuatan pupuk organik (kompos kotoran ayam), didapatkan hasil pada minggu pertaman bau dari bahan sangat menyengat, dan memilki mikroorganisme (belatung) dan berwarna coklat muda dan ketika digenggam ikut menggenggan dan ketika diurai tidak terurai, bahan-bahan pembuatan pupuk belum terurai secara merata serta gas yang keluar pada saat terpal dibuka sangat terlihat dan suhunya sangat panas. Pada minggu kedua bau dari bahan pembuatan pupuk tidak terlalu menyengat, mikroorganisme (belatung) lebih banyak, warna bahan berwarna coklat muda, bahan-bahan sudah hampir terurai secara merata, serta gas yang keluar tidak terlalu banyak seperti pada minggu pertama dan suhunya tidak terlalu panas. Pada minggu ketiga pupuk sudah jadi dan sudah bisa digunakan karena pupuk sudah tidak berbau menyengat seperti minggu sebelumnya dan bahan sudah terurai secara merata, suhu pada bahan hanya panas setelah terpal dibuka dan setelah beberapa menit kemudian pupuk tidak panas lagi dan ketika pupuk digenggam ikut menggenggam dan ketika diurai ikut mengurai. Berdasarkan teori bahwa pupuk organik (kompos), sudah jadi ditandai dengan tidak adanya bau menyengat pada pupuk dan ketika digenggam menggunakan tangan ikut menggenggam dan ketika diurai ikut mengurai karena kandungan air pada bahan sudah tidak ada lagi dan ditandai dengan suhu yang tidak panas (Ikbal, 2010).
Pada praktikum pembuatan pupuk kompos kotoran ayam, kompos kotoran sapi dan pupuk bokashi dapat dibandingkan bahwa pupuk yang tercepat jadi yaitu pupuk kotoran sapi dimana hal tersebut terjadi karena bahan yang digunakan lebih sedikit dibanding pupuk kotoran ayam dan pupuk bokshi dan pengadukan pupuk untuk menjaga suhu agar mikroorganisme dapat tetap hidup lebih sering dilakukan. Sedangkan pupuk kompos kotoran ayam, pupuk tersebut agak lambat jadinya dikarenakan bahan yang digunakan lebih banyak dan pengadukan jarang dilakukan sehingga suhu pada bahan pembuatan tidak terjaga dengan baik yang menyebabkan memperlambat proses dekomposisi (penguraian) pupuk. Pada pembuatan pupuk bokashi, pupuk tersebut tidak jadi dikarenakan pada tempat pembuatan pupuk langsung terkena sinar matahari sehingga kelembaban pada bahan tidak terjaga dan bahan yang digunakan terlalu banyak dan tidak seimbang dengan bahan EM4 yang diberikan sehingga proses dekomposisi (penguraian) bahan pembuatan pupuk sangat lambat dan pengadukan jarang dilakukan sehingga menyebabkan jamur dapat tumbuh pada bahan pembuatan pupuk dan pupuk bisa jadi ketika ditambahkan sedikit demi sedikit bahan EM4 agar membantu proses penguraian dan bahan dipindahkan ketempat lain agar tidak terkena langsung sinar matahari.















V.  PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di tarik dari praktikum pembuatan pupuk organik (kompos kotoran ayam, pupuk kompos kotoran sapi dan pupuk bokashi) yaitu bahwa agar pupuk yang dibuat jadi dan dapat digunakan (diaplikasikan) kelapangan maka faktor-faktor keberhasilan pupuk harus diperhatikan dengan baik yaitu suhu bahan pembuatan pupuk harus dijaga agar mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tersebut sehingga membantu proses penguraian dan dilakukan pengadukan secara teratur dan perbandingan bahan juga harus seimbang serta tempat pembuatan pupuk juga harus diperhatikan.
5.2 Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada pelaksanaan praktikum pembuatan pupuk organik (kompos kotoran ayam, kompos kotoran sapi dan pupuk bokashi) yaitu sebaiknya praktikum selanjutnya dilakukan atau praktekkan langsung pada petani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar