LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH DAN TEKNIK PEMUPUKAN
OLEH :
SIAMRUN
D1 B1 12 037
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
2013
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Lahan alang-alang juga
memiliki ketahanan tinggi, tanaman lain mengalami kesulitan ketika harus
bersaing dengannya dalam memperoleh air, unsur hara dan cahaya. Beberapa jenis
tanaman terganggu pertumbuhannya karena adanya zat beracun (allelopati) yang
dikeluarkan oleh akar dan rimpang alang-alang.
Bila lahan alang-alang
tidak terbakar, lama-kelamaan secara berangsur akan kembali menjadi hutan
(suksesi hutan). Lambat laun, tunas-tunas pohon dan semak pioner tumbuh dari
biji, dan beberapa akan berkembang menaungi alang-alang serta mampu mendapatkan
cahaya dan juga air.
Karakteristik utama
dari lahan alang-alang adalah seringnya terjadi kebakaran. Selain itu,
alang-alang bisa ditemukan pada berbagai keadaan lingkungan. Seringkali generalisasi
lahan alang-alang tidak tepat, sehingga para penyuluh harus memperoleh
informasi yang benar untuk setiap lokasi. Namun demikian, ada beberapa ciri
lahan alang-alang yang umum dijumpai, penyuluh juga harus memahaminya.
Lahan alang-alang di
lahan miring lebih mudah tererosi karena adanya kebakaran secara periodik
menyebabkan permukaan tanah menjadi terbuka terhadap pukulan air hujan. Di
pihak lain, alang-alang menutupi tanah hampir sepanjang tahun dan akarakarnya
mengikat tanah walaupun sesudah terjadi kebakaran. Alang-alang sebagai penutup
tanah masih lebih baik daripada tanpa penutup sama-sekali, dan mungkin bias
melindungi tanah lebih baik dibanding sistem pertanian dengan melibatkan
pengolahan pembongkaran tanah.
B.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kombinasi antara pupuk
organik dan anorganik pada pertumbuhan dan perkeebangan tanaman jagung
menggunakan media tanah lahan alang-alang minipit II .
Kegunaan
dari praktikum ini yaitu menabah ilmu pengetahuan mengenai pengaruh kombinasi
antara pupuk organik dan anorganik pada pertumbuhan dan perkeebangan tanaman
jagung menggunakan media tanah lahan alang-alang minipit II.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Deskripsi
Tanaman
2.1.1
Klasifikasi Tanaman
Menurut Rukmana (1997), klasifikasi tanaman
jagung (Zea mays L.) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae (Graminae)
Genus : Zea
Spesies
: Zea mays L.
2.1.2 Morfologi Tanaman
Akar yang tumbuh
relatif dangkal merupakan akar adventif dengan percabangan yang amat lebat,
yang menyerap hara pada tanaman. Akar layang penyokong memberikan tambahan
topangan untuk tumbuh tegak dan membantu penyerapan unsur hara. Akar layang ini
tumbuh di atas permukaan tanah, tumbuh rapat pada buku-buku dasar dan tidak
bercabang sebelum masuk ke tanah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder,
dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas
yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung varietas dan
tempat penanaman, umumnya berkisar 60 – 300 cm (Purwono dan Hartono, 2006).
Daun tanaman jagung berbentuk pita atau garis, mempunyai ibu tulang daun yang
terletak tepat di tengah-tengah daun. Tangkai daun merupakan pelepah yang
biasanya berfungsi untuk membungkus batang tanaman jagung. Daun pada tanaman
jagung mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan tanaman utamanya dalam
penentuan produksi (Warisno, 2009).
Jumlah
daun umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya daun yang terbuka
sempurna adalah 3-4 hari setiap daun. Tanaman jagung di daerah tropis mempunyai
jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di daerah beriklim sedang
(temperate) (Suprapto dan Marzuki, 2002).
Jagung
disebut juga tanaman berumah satu (monoceous) karena bunga jantan dan bunga
betina terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina (tongkol) muncul dari axillary
apical tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal diujung
tanaman. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang
matang pada tongkol. Hampir 95 % dari persariannya berasal dari serbuk sari
tanaman lain, dan hanya 5 % yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri.
Karena itu disebut juga tanaman bersari bebas (cross pollinated crop) (Sunarti
dkk, 2009).
Buah jagung terdiri
atas tongkol, biji, dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna
dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Pada
umumnya, biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau
berkelok-kelok dan berjumlah antara 8 – 20 baris biji. Biji jagung terdiri atas
tiga bagian utama, yaitu kulit biji (seedcoat), endosperm dan embrio (Rukmana,
2009).
2.1.3
Syarat Tumbuh Tanaman
Tanaman
jagung dapat tumbuh pada ketinggian 50-1800 m dpl. Tetapi ketinggian optimal
adalah 50 – 600 m dpl. Untuk berproduksi secara optimal memerlukan tanah yang
gembur, subur dan kaya akan unsur hara, aerasi dan drainase baik, kaya akan
bahan organik dengan keasaman tanah (pH) antara 5,6 – 7,5 (Redaksi Ciptawidiya
Swara, 2008).
Jagung menghendaki
tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan baik. Hal ini dikarenakan
tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan
kalium (K) dalam jumlah yang banyak. Oleh karena pada umumnya tanah di
Indonesia miskin hara dan rendah bahan organiknya, maka penambahan pupuk N, P
dan K serta pupuk organik (kompos maupun pupuk kandang) sangat diperlukan
(Murni dan Arif, 2008).
Curah
hujan yang dikehendaki adalah antara 1000 - 2500 mm/tahun, atau idealnya
sekitar 85 – 200 mm / bulan, dengan penyinaran matahari penuh. Suhu udara yang
dikehendaki antara 21 – 340C, tetapi untuk pertumbuhan optimum tanaman jagung
menghendaki suhu antara 23 – 270C (Redaksi Ciptawidiya Swara, 2008).
Tanaman jagung
membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan. Oleh karena itu waktu penanaman harus
memperhatikan curah hujan dan penyebarannya. Penanaman dimulai bila curah hujan
sudah mencapai 100 mm/bulan. Untuk mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan
curah hujan dan pola distribusinya selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam
dapat ditentukan dengan baik dan tepat (Murni dan Arif, 2008).
Di
antara komponen teknologi produksi, varietas unggul mempunyai peran penting
dalam peningkatan produksi jagung. Perannya menonjol dalam potensi hasil per
satuan luas, komponen pengendalian hama/penyakit (toleran), kesesuaian terhadap
lingkungan, dan preferensi konsumen (Akil dan Dahlan, 2009).
Keragaman penampilan
tanaman terjadi akibat sifat didalam tanaman (genetik) atau perbedaan
lingkungan atau keduanya (Sitompul dan Guritno, 1995).
Benih
bermutu baik dan berasal dari varietas unggul merupakan faktor terpenting yang
dapat menentukan tinggi atau rendahnya hasil tanaman. Usaha-usaha lain seperti perbaikan
bercocok tanam, pengairan yang baik, pemupukan berimbang serta pengendalian
hama dan penyakit, hanya dapat memberi pengaruh yang maksimal apabila disertai
dengan penggunaan benih bermutu dari varietas unggul (Warisno, 2009).
Varietas unggul jagung
adalah jenis jagung yang mempunyai sifat-sifat lebih baik dari pada jenis-jenis
lainnya. Sifat penting yang harus dimiliki suatu varietas unggul adalah
berpotensi hasil tinggi, berumur pendek (genjah), dapat menyerap pupuk sebaik
mungkin dan tahan terhadap hama maupun penyakit (Rukmana, 2009).
2.2
Deskripsi
Tanah
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang berasal
dari bebatuan dan telah mengalami serangkaian pelapukan oleh proses alam sehingga
membentuk regolit (lapisan partikel halus). Tanah pasir dapat juga dikatakan
tanah berukuran pasir antara 2,0-0,20 mm dan sebagian besar tanah didominasi
oleh fraksi pasir. Tanah pasir banyak mengandung pori-pori makro, sedikit
pori-pori sedang dan pori-pori mikro. Tipe tanah seperti ini sulit untuk
menahan air, tetapi mempunyai aerasi dan drainase yang baik. Pada umumnya tanah
pasir banyak didominasi mineral primer jenis kwarsa (SiO2) yang tahan terhadap
pelapukan dan sedikit mineral sekunder. Mineral kwarsa mempunyai sifat ”inert”
atau sulit bereaksi dengan senyawa lain dan sukar mengalami pelapukan. Kondisi
ini menjadikan tanah pasir merupakan tanah yang tidak subur, kandungan unsur
hara rendah dan tidak produktif untuk pertumbuhan tanaman (Hanafiah, 2005).
Tanah adalah material yang tidak padat yang terletak
di permukaan bumi, sebagai media untuk menumbuhkan tanaman (SSSA, Glossary
of Soil Science Term). Tanah sebagai tubuh alam mempunyai berbagai
macam fungsi utama, diantaranya pertama sebagai media tumbuhan tanaman yang
menyediakan hara dan air. Kedua sebagai gudang unsur-unsur hara makro dan mikro
serta mengatur penyediaan bagi tanaman. Ketiga sebagai tempat tunjangan mekanik
akar tanaman.
Lahan alang-alang juga
memiliki ketahanan tinggi, tanaman lain mengalami kesulitan ketika harus
bersaing dengannya dalam memperoleh air, unsur hara dan cahaya. Beberapa jenis
tanaman terganggu pertumbuhannya karena adanya zat beracun (allelopati) yang
dikeluarkan oleh akar dan rimpang alang-alang.
Karakteristik utama dari lahan alang-alang adalah
seringnya terjadi kebakaran. Selain itu, alang-alang bisa ditemukan pada
berbagai keadaan lingkungan. Seringkali generalisasi lahan alang-alang tidak
tepat, sehingga para penyuluh harus memperoleh informasi yang benar untuk
setiap lokasi. Namun demikian, ada beberapa ciri lahan alang-alang yang umum
dijumpai, penyuluh juga harus memahaminya (Goeswono soepardi, 1983).
2.3
Deskripsi
Pupuk
2.3.1
Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan
pupuk yang berasal dari pelapukan sisa-sisa makhluk hidup seperti tanaman,
hewan dan manusia, serta kotoran hewan. Pupuk Organik umumnya lebih unggul
dibandingkan pupuk anorganik karena beberapa hal sebagai berikut:
-
Memperbaiki
struktur tanah. Bahan organik dapat mengikat butir-butir tanah menjadi butiran
yang lebih besar dan remah sehingga tanah menjadi lebih gembur.
-
Menaikkan
daya serap tanah terhadap air. Bahan organik dapat mengikat air lebih banyak
dan lebih lama.
-
Menaikkan
kondsi kehidupan di dalam tanah. Jasad renik dalam tanah amat berperan dalam
perubahan bahan organik. Dengan adanya pupuk organik, jasad renik tersebut
aktif menguraikannya sehingga pupuk organik mudah diserap tanaman.
-
Sumber
makanan bagi tanaman. Walaupun dalam jumlah sedikit, pupuk organik mengandung
unsur yang lengkap (Prihmantoro, 2001).
2.3.2 Pupuk Anorganik
Pupuk
anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu
bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi. Misalnya urea berkadar
N 45-46% (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen) (Lingga dan
Marsono, 2000).
Pupuk
anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk
majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara
misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan sebagainya. Pupuk majemuk adalah
pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara misalnya N + P, P + K, N + K,
N + P + K dan sebagainya (Hardjowigeno, 2004).
Ada
beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) Pemberiannya dapat terukur
dengan tepat, (2) Kebutuhan tanaman akan hara dpat dipenuhi dengan perbandingan
yang tepat, (3) Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, dan (4) Pupuk
anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan dengan
pupuk organik. Pupuk anorganik mempunyai kelemahan, yaitu selain
hanya mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir
tidak mengandung unsur hara mikro (Lingga dan Marsono, 2000).
Sejak
Liebig mengemukakan teori tentang kadar unsur hara terhadap daya menghasilkan
suatu lahan, penggunaan bahan organik untuk mempertahankan produksi tanaman
telah digantikan oleh peningkatan penggunaan pupuk kimia (Houng, 1976).
Penggunaan pupuk kimia disukai petani karena lebih praktis, diproduksi secara
masal, mudah diperoleh, bisa disimpan lama, dibutuhkan dalam jumlah sedikit,
dan mampu menyediakan hara bagi tanaman dengan segera. Kelebihan pupuk
anorganik dibanding pupuk organik diantaranya mampu memberikan efek yang lebih
cepat dan memiliki bentuk fisik yang relatif lebih praktis dan menarik
(Yuliarti, 2009).
Kandungan hara dalam pupuk anorganik dibuat
secara tepat dan pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman
(Prihmantoro, 1999). Penggunaan pupuk anorganik kemudian diketahui mempunyai
efek merusak tanah. Struktur tanah yang secara alami remah menjadi bantat
(sangat keras) setelah mendapat perlakuan dengan pupuk kimia secara
terus-menerus (Andoko, 2008). Tanaman membutuhkan pupuk baik yang mengandung
unsur mikro maupun makro dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhannya agar dapat menghasilkan produksi yang optimal.
2.3.3 Pengapuran
Pengapuran adalah pemberian kapur ke dalam tanah pada
umumnya bukan karena tanah kekurangan unsur Ca tetapi karena tanah terlalu
masam. Oleh karena itu pH tanah perlu dinaikkan agar unsur-unur hara seperti P
mudah diserap tanaman dan keracunan Al dapat dihindarkan (Hardjowigeno, 1992).
Pengapuran adalah salah satu bentuk dari remediasi selain
pengoksidasian dan pembìlasan tanah Untuk mengatasi Permasalahan utama pada
tambak tanah sulfat masam antara lain: pH rendah (S 3,5); kurang tersedia
fosfor (P), kalsium (Ca), dan magnesium kandungan unsur molibdium (Mo) dan besi
(Fe) serìng berlébihan sehingga dapat meracuni organisme; serta kelarutan
aluminium (Al) sering tinggi sehingga merupakan penghambat ketersediaan P.
Penambahan pupuk, terutama yang mengandung P sering tidak bermanfaat pada tanah
masam ini bila unsur-unsur toksìk sepertì AI, Fe, dan Mn tidak diatasi
Ratnawati (2008).
Pengapuran berguna
untuk memperbaiki keasaman (pH) dasar tambak. dasar tambak yang ber-pH rendah
dapat menyebabkan rendahnya pH air tambak. oleh karena itu, perbaikan pH air
tambak harus dimulai dari perbaikan pH tanah dasar tambak. selain untuk
memperbaiki keasaman dasar tambak, kapur juga berfungsi sebagai desinfektan dan
penyedia unsur hara (fosfor) yang dibutuhkan plankton. tanah dasar tambak yang
mengandung pirit harus direklamasi terlabih dahulu selama kurang lebih 4 bulan
sebelum diberi kapur sejumlah 2-2,5 ton/ha (Suyanto., et all 2009).
III.
METODE PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013, bertempat di belakang
Laboraotorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari.
3.2
Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum ini yaitu karung, polybag, silet, penggaris/mistar
dan alat tulis.
Bahan
yang digunakan pada praktikum ini yaitu pasir Pantai Nambo, benih jagung, air
dan pupuk urea.
3.3
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu:
a.
Mengambil tanah
pada minipit hutan. Kemudian dikering anginkan.
b.
Setelah itu masukkan ke dalam 5 polybeg,
masing-masing berisi 5 kg tanah.
c.
Menanam
masing-masing 2 benih jagung ke dalam 5 polybag.
d.
Menyiram tanaman jagung setiap hari
(kecuali hujan).
e.
Mengukur pertumbuhan tanaman (tinggi
batang, lebar daun, panjang daun dan jumlah daun) setiap minggu.
f.
Mealukan
pemupukan dengan menggunakan pupuk urea, masing-masing pada setiap polybag
diberi dosis yang berbeda-beda, yaitu;
-
Polybag I tanpa
perlakuan (kontrol)
-
Polybag II ½
dosis anjuran
-
Polybag III dosi
anjuran
-
Polybag IV 2
kali dosis anjuran
IV.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Berdasarkan
dari praktikum yang telah dilaksanakan dipeoleh hasil yaitu:
Table 01. pengukuran
minggu ke-1
Polibag 1
|
Polibag 2
|
Polibag 3
|
Polibag 4
|
|
Tinggi Tanaman
|
6.2 cm
|
5.5 cm
|
5.7 cm
|
6 cm
|
Panjang Daun
|
21.3 cm
|
21.7 cm
|
16.5 cm
|
17.5 cm
|
Lebar Daun
|
1.6 cm
|
1.6 cm
|
1.6 cm
|
1.3 cm
|
Jumlah Daun
|
4 helai
|
3 helai
|
4 helai
|
4 helai
|
Table 02.
pengukuran minggu ke-2
Kontrol
|
½
Dosis
|
Dosis
Anjuran
|
2x
Dosis Anjuran
|
|
Tinggi
Tanaman
|
4,8
cm
|
4,8
cm
|
5,2
cm
|
4,8
cm
|
Panjang
Daun
|
16,5
cm
|
9,6
cm
|
12,9
cm
|
10,2
cm
|
Lebar
Daun
|
1,2
cm
|
1,1
cm
|
1,6
cm
|
1,3
cm
|
Jumlah
Daun
|
3
helai
|
3
helai
|
4
helai
|
2
helai
|
Table 03.
pengukuran minggu ke-3
Kontrol
|
½
Dosis
|
Dosis
Anjuran
|
2x
Dosis Anjuran
|
|
Tinggi
Tanaman
|
6,5
cm
|
5,7
cm
|
7,4
cm
|
6
cm
|
Panjang
Daun
|
29
cm
|
19
cm
|
23,1
cm
|
19,8
cm
|
Lebar
Daun
|
1,6
cm
|
1,1
cm
|
1,6
cm
|
1,3
cm
|
Jumlah
Daun
|
3
helai
|
3
helai
|
4
helai
|
3
helai
|
Table 04.
pengukuran minggu ke-4
Kontrol
|
½
Dosis
|
Dosis
Anjuran
|
2x
Dosis Anjuran
|
|
Tinggi
Tanaman
|
8,1
cm
|
6,6
cm
|
8,2
cm
|
6,3
cm
|
Panjang
Daun
|
30
cm
|
20,2
cm
|
25,2
cm
|
20
cm
|
Lebar
Daun
|
2,1
cm
|
1,1
cm
|
1,6
cm
|
1,3
cm
|
Jumlah
Daun
|
3
helai
|
3
helai
|
4
helai
|
3
helai
|
Table 05. pengukuran minggu ke-5
Kontrol
|
½
Dosis
|
Dosis
Anjuran
|
2x
Dosis Anjuran
|
|
Tinggi
Tanaman
|
9
cm
|
7
cm
|
9
cm
|
7
cm
|
Panjang
Daun
|
31,5
cm
|
21
cm
|
30,5
cm
|
22,5
cm
|
Lebar
Daun
|
2,5
cm
|
1,1
cm
|
2
cm
|
1,9
cm
|
Jumlah
Daun
|
2
helai
|
2
helai
|
2
helai
|
2
helai
|
Table 06.
pengukuran minggu ke-6
Kontrol
|
½
Dosis
|
Dosis
Anjuran
|
2x
Dosis Anjuran
|
|
Tinggi
Tanaman
|
14
cm
|
-
|
12,5
cm
|
10
cm
|
Panjang
Daun
|
35
cm
|
-
|
32
cm
|
20
cm
|
Lebar
Daun
|
2,2
cm
|
-
|
2
cm
|
1,9
cm
|
Jumlah
Daun
|
2
helai
|
-
|
2
helai
|
1
helai
|
Table 06. pengukuran minggu ke-7
Kontrol
|
½
Dosis
|
Dosis
Anjuran
|
2x
Dosis Anjuran
|
|
Tinggi
Tanaman
|
15
cm
|
-
|
12,5
cm
|
12
cm
|
Panjang
Daun
|
35,5
cm
|
-
|
32
cm
|
25,2
cm
|
Lebar
Daun
|
2,5
cm
|
-
|
2
cm
|
1,5
cm
|
Jumlah
Daun
|
2
helai
|
-
|
2
helai
|
1
helai
|
Grafik 01.
Tinggi tanaman
Grafik 02.
Panjang daun
Grafik 03. Lebar
daun
Grafik 04.
Jumlah daun
4.2
Pembahasan
Pupuk
organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik dan terdegradasi
secara organik. Sumber utama pupuk organik pada umumnya berasal dari jaringan
tanaman baik berupa sampah tanaman maupun sisa-sisa tanaman ang telah mati. Sedangkan
pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik atau industry pupuk
dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) yang mengandung nutrient tinggi
yang dibutuhkan tanaman.
Pada praktikum ini, pupuk yang
digunakan yaitu pupuk urea. Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar
tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk
Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH2
CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah
menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan
tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan
pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kg Nitrogen.
Pada praktikum ini
digunakan 5 perlakuan yaitu polybeg 1 kontrol (tanpa penggunaan pupuk), polybeg
2 ½ dosis anjuran, polybeg 3 dosis anjuran dan polybag 4 2x dosis anjuran. Dari
ke lima perlakuan tersebut yang mempunyai pertumbuhan yang baik yaitu pada polybag
ke-2 yaitu pada polybag pertama (kontrol/tanpa penggunakan pupuk). Dengan
tinggi tanaman 15 cm, panjang daun 15,5 cm, lebar daun 2,5 cm dan jumlah daun 2
helai. Sedangkan pertumbuhan yang kurang baik yaitu pada polybag ke-2. Adapun
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu tingginya curah hujan yang terjadi
di wilayah praktikum.
V.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dari pebahasan, maka ditarik kesimpulan bahwa Pupuk organik adalah pupuk
yang terbuat dari bahan-bahan organik dan terdegradasi secara organik.. Sedangkan
pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik atau industry pupuk
dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) yang mengandung nutrient tinggi
yang dibutuhkan tanaman. Pada praktikum ini digunakan 5 perlakuan
yaitu polybeg 1 kontrol (tanpa penggunaan pupuk), polybeg 2 ½ dosis anjuran,
polybeg 3 dosis anjuran dan polybag 4 2x dosis anjuran. Dari ke lima perlakuan
tersebut yang mempunyai pertumbuhan yang baik yaitu pada polybag ke-2 (1/2
dosis anjuran).
B.
Saran
Sebaiknya
pada praktikum ini tanaman harus disiram secara rutin, agar tanaman bisa
menyerap unur hara yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Akil,M., dan H.A. Dahlan., 2009.
Budidaya jagung dan Diseminasi Teknologi. Balai Penelitian Tanaman Serelia. Maros.
Hardjowigeno,
S. 1992. Ilmu Tanah. Mediyatama
Sarana Perkasa. Jakarta.
Prihmantoro,
2001. Memupuk Tanaman Sayur. Penebar. Swadaya Jakarta.
Ratnawati E. 2008. Budidaya Udang Windu (Penaeus
Monodon) Sistem SemlIntenslf Pada
Tambak Tanah Sulfat Masam. Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya
Air Payau. Maros. Redaksi Ciptawidya Swara. 2008. Petunjuk Teknik Budidaya 23 Tanaman
Unggul. Jakarta.
Rubatzky V.E.
dan M. Yamaguchi., 1998. Sayuran Dunia. ITB Press. Bandung.
Rukmana, R.,
2009. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Jakarta.
Suprapto H.S. dan A. R. Marzuki.,
2002. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suyanto
R Dra. Ny. S ,dan Takarina E. P., Ir. Msi. 2009. Panduan
Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya. Yogyakata.
Sitompul. S.M. dan B. guritno, 1995.
Análisis pertumbuhan tanaman. UGM press, Yogyakarta.
Sunarti.S., A.S. Nuning., Syarifuddin
dan R. Efendi, 2009. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai
Penelitian Tanaman Serelia. Maros.
Warisno, 2009.
Jagung Hibrida. Kanisius. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar