Jumat, 28 Juni 2013

LAPORAN KESUBURAN TANAH DAN TEKNIK PEMUPUKAN

LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH DAN TEKNIK PEMUPUKAN

                                                                                                                                          
OLEH :


SIAMRUN
D1 B1 12 037






PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
2013

I.          PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Lahan alang-alang juga memiliki ketahanan tinggi, tanaman lain mengalami kesulitan ketika harus bersaing dengannya dalam memperoleh air, unsur hara dan cahaya. Beberapa jenis tanaman terganggu pertumbuhannya karena adanya zat beracun (allelopati) yang dikeluarkan oleh akar dan rimpang alang-alang.
Bila lahan alang-alang tidak terbakar, lama-kelamaan secara berangsur akan kembali menjadi hutan (suksesi hutan). Lambat laun, tunas-tunas pohon dan semak pioner tumbuh dari biji, dan beberapa akan berkembang menaungi alang-alang serta mampu mendapatkan cahaya dan juga air.
Karakteristik utama dari lahan alang-alang adalah seringnya terjadi kebakaran. Selain itu, alang-alang bisa ditemukan pada berbagai keadaan lingkungan. Seringkali generalisasi lahan alang-alang tidak tepat, sehingga para penyuluh harus memperoleh informasi yang benar untuk setiap lokasi. Namun demikian, ada beberapa ciri lahan alang-alang yang umum dijumpai, penyuluh juga harus memahaminya.
Lahan alang-alang di lahan miring lebih mudah tererosi karena adanya kebakaran secara periodik menyebabkan permukaan tanah menjadi terbuka terhadap pukulan air hujan. Di pihak lain, alang-alang menutupi tanah hampir sepanjang tahun dan akarakarnya mengikat tanah walaupun sesudah terjadi kebakaran. Alang-alang sebagai penutup tanah masih lebih baik daripada tanpa penutup sama-sekali, dan mungkin bias melindungi tanah lebih baik dibanding sistem pertanian dengan melibatkan pengolahan pembongkaran tanah.
B.     Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kombinasi antara pupuk organik dan anorganik pada pertumbuhan dan perkeebangan tanaman jagung menggunakan media tanah lahan alang-alang minipit II .
Kegunaan dari praktikum ini yaitu menabah ilmu pengetahuan mengenai pengaruh kombinasi antara pupuk organik dan anorganik pada pertumbuhan dan perkeebangan tanaman jagung menggunakan media tanah lahan alang-alang minipit II.




II.       TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Deskripsi Tanaman
2.1.1 Klasifikasi Tanaman
 Menurut Rukmana (1997), klasifikasi tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Subdivisio       : Angiospermae
Class                : Monocotyledoneae
Ordo                : Poales
Familia            : Poaceae (Graminae)
Genus              : Zea
Spesies            : Zea mays L.

2.1.2 Morfologi Tanaman
Akar yang tumbuh relatif dangkal merupakan akar adventif dengan percabangan yang amat lebat, yang menyerap hara pada tanaman. Akar layang penyokong memberikan tambahan topangan untuk tumbuh tegak dan membantu penyerapan unsur hara. Akar layang ini tumbuh di atas permukaan tanah, tumbuh rapat pada buku-buku dasar dan tidak bercabang sebelum masuk ke tanah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar 60 – 300 cm (Purwono dan Hartono, 2006). Daun tanaman jagung berbentuk pita atau garis, mempunyai ibu tulang daun yang terletak tepat di tengah-tengah daun. Tangkai daun merupakan pelepah yang biasanya berfungsi untuk membungkus batang tanaman jagung. Daun pada tanaman jagung mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan tanaman utamanya dalam penentuan produksi (Warisno, 2009).
Jumlah daun umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya daun yang terbuka sempurna adalah 3-4 hari setiap daun. Tanaman jagung di daerah tropis mempunyai jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di daerah beriklim sedang (temperate) (Suprapto dan Marzuki, 2002).
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoceous) karena bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina (tongkol) muncul dari axillary apical tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal diujung tanaman. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang pada tongkol. Hampir 95 % dari persariannya berasal dari serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5 % yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri. Karena itu disebut juga tanaman bersari bebas (cross pollinated crop) (Sunarti dkk, 2009).
Buah jagung terdiri atas tongkol, biji, dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Pada umumnya, biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8 – 20 baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (seedcoat), endosperm dan embrio (Rukmana, 2009).

2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman
Tanaman jagung dapat tumbuh pada ketinggian 50-1800 m dpl. Tetapi ketinggian optimal adalah 50 – 600 m dpl. Untuk berproduksi secara optimal memerlukan tanah yang gembur, subur dan kaya akan unsur hara, aerasi dan drainase baik, kaya akan bahan organik dengan keasaman tanah (pH) antara 5,6 – 7,5 (Redaksi Ciptawidiya Swara, 2008).
Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak. Oleh karena pada umumnya tanah di Indonesia miskin hara dan rendah bahan organiknya, maka penambahan pupuk N, P dan K serta pupuk organik (kompos maupun pupuk kandang) sangat diperlukan (Murni dan Arif, 2008).
Curah hujan yang dikehendaki adalah antara 1000 - 2500 mm/tahun, atau idealnya sekitar 85 – 200 mm / bulan, dengan penyinaran matahari penuh. Suhu udara yang dikehendaki antara 21 – 340C, tetapi untuk pertumbuhan optimum tanaman jagung menghendaki suhu antara 23 – 270C (Redaksi Ciptawidiya Swara, 2008).
Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan. Oleh karena itu waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan penyebarannya. Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100 mm/bulan. Untuk mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan curah hujan dan pola distribusinya selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam dapat ditentukan dengan baik dan tepat (Murni dan Arif, 2008).
Di antara komponen teknologi produksi, varietas unggul mempunyai peran penting dalam peningkatan produksi jagung. Perannya menonjol dalam potensi hasil per satuan luas, komponen pengendalian hama/penyakit (toleran), kesesuaian terhadap lingkungan, dan preferensi konsumen (Akil dan Dahlan, 2009).
Keragaman penampilan tanaman terjadi akibat sifat didalam tanaman (genetik) atau perbedaan lingkungan atau keduanya (Sitompul dan Guritno, 1995).
Benih bermutu baik dan berasal dari varietas unggul merupakan faktor terpenting yang dapat menentukan tinggi atau rendahnya hasil tanaman.        Usaha-usaha lain seperti perbaikan bercocok tanam, pengairan yang baik, pemupukan berimbang serta pengendalian hama dan penyakit, hanya dapat memberi pengaruh yang maksimal apabila disertai dengan penggunaan benih bermutu dari varietas unggul (Warisno, 2009).
Varietas unggul jagung adalah jenis jagung yang mempunyai sifat-sifat lebih baik dari pada jenis-jenis lainnya. Sifat penting yang harus dimiliki suatu varietas unggul adalah berpotensi hasil tinggi, berumur pendek (genjah), dapat menyerap pupuk sebaik mungkin dan tahan terhadap hama maupun penyakit (Rukmana, 2009).




2.2    Deskripsi Tanah
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan dan telah mengalami serangkaian pelapukan oleh proses alam sehingga membentuk regolit (lapisan partikel halus). Tanah pasir dapat juga dikatakan tanah berukuran pasir antara 2,0-0,20 mm dan sebagian besar tanah didominasi oleh fraksi pasir. Tanah pasir banyak mengandung pori-pori makro, sedikit pori-pori sedang dan pori-pori mikro. Tipe tanah seperti ini sulit untuk menahan air, tetapi mempunyai aerasi dan drainase yang baik. Pada umumnya tanah pasir banyak didominasi mineral primer jenis kwarsa (SiO2) yang tahan terhadap pelapukan dan sedikit mineral sekunder. Mineral kwarsa mempunyai sifat ”inert” atau sulit bereaksi dengan senyawa lain dan sukar mengalami pelapukan. Kondisi ini menjadikan tanah pasir merupakan tanah yang tidak subur, kandungan unsur hara rendah dan tidak produktif untuk pertumbuhan tanaman (Hanafiah, 2005).
Tanah adalah material yang tidak padat yang terletak di permukaan bumi, sebagai media untuk menumbuhkan tanaman (SSSA, Glossary of Soil Science Term). Tanah sebagai tubuh alam mempunyai berbagai macam fungsi utama, diantaranya pertama sebagai media tumbuhan tanaman yang menyediakan hara dan air. Kedua sebagai gudang unsur-unsur hara makro dan mikro serta mengatur penyediaan bagi tanaman. Ketiga sebagai tempat tunjangan mekanik akar tanaman.
Lahan alang-alang juga memiliki ketahanan tinggi, tanaman lain mengalami kesulitan ketika harus bersaing dengannya dalam memperoleh air, unsur hara dan cahaya. Beberapa jenis tanaman terganggu pertumbuhannya karena adanya zat beracun (allelopati) yang dikeluarkan oleh akar dan rimpang alang-alang.
Karakteristik utama dari lahan alang-alang adalah seringnya terjadi kebakaran. Selain itu, alang-alang bisa ditemukan pada berbagai keadaan lingkungan. Seringkali generalisasi lahan alang-alang tidak tepat, sehingga para penyuluh harus memperoleh informasi yang benar untuk setiap lokasi. Namun demikian, ada beberapa ciri lahan alang-alang yang umum dijumpai, penyuluh juga harus memahaminya (Goeswono soepardi, 1983).

2.3    Deskripsi Pupuk
2.3.1 Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari pelapukan sisa-sisa makhluk hidup seperti tanaman, hewan dan manusia, serta kotoran hewan. Pupuk Organik umumnya lebih unggul dibandingkan pupuk anorganik karena beberapa hal sebagai berikut:
-          Memperbaiki struktur tanah. Bahan organik dapat mengikat butir-butir tanah menjadi butiran yang lebih besar dan remah sehingga tanah menjadi lebih gembur.
-          Menaikkan daya serap tanah terhadap air. Bahan organik dapat mengikat air lebih banyak dan lebih lama.
-          Menaikkan kondsi kehidupan di dalam tanah. Jasad renik dalam tanah amat berperan dalam perubahan bahan organik. Dengan adanya pupuk organik, jasad renik tersebut aktif menguraikannya sehingga pupuk organik mudah diserap tanaman.
-          Sumber makanan bagi tanaman. Walaupun dalam jumlah sedikit, pupuk organik mengandung unsur yang lengkap (Prihmantoro, 2001).

2.3.2 Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi.  Misalnya urea berkadar N 45-46% (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen) (Lingga dan Marsono, 2000).
Pupuk anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk.  Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan sebagainya.  Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara misalnya N + P, P + K, N + K, N + P + K dan sebagainya (Hardjowigeno, 2004).
Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) Pemberiannya dapat terukur dengan tepat, (2) Kebutuhan tanaman akan hara dpat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat, (3) Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, dan (4) Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan dengan pupuk organik.  Pupuk anorganik mempunyai  kelemahan, yaitu selain hanya mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak mengandung  unsur hara mikro (Lingga dan Marsono, 2000).
Sejak Liebig mengemukakan teori tentang kadar unsur hara terhadap daya menghasilkan suatu lahan, penggunaan bahan organik untuk mempertahankan produksi tanaman telah digantikan oleh peningkatan penggunaan pupuk kimia (Houng, 1976). Penggunaan pupuk kimia disukai petani karena lebih praktis, diproduksi secara masal, mudah diperoleh, bisa disimpan lama, dibutuhkan dalam jumlah sedikit, dan mampu menyediakan hara bagi tanaman dengan segera. Kelebihan pupuk anorganik dibanding pupuk organik diantaranya mampu memberikan efek yang lebih cepat dan memiliki bentuk fisik yang relatif lebih praktis dan menarik (Yuliarti, 2009).
 Kandungan hara dalam pupuk anorganik dibuat secara tepat dan pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman (Prihmantoro, 1999). Penggunaan pupuk anorganik kemudian diketahui mempunyai efek merusak tanah. Struktur tanah yang secara alami remah menjadi bantat (sangat keras) setelah mendapat perlakuan dengan pupuk kimia secara terus-menerus (Andoko, 2008). Tanaman membutuhkan pupuk baik yang mengandung unsur mikro maupun makro dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhannya agar dapat menghasilkan produksi yang optimal.

2.3.3 Pengapuran
Pengapuran adalah pemberian kapur ke dalam tanah pada umumnya bukan karena tanah kekurangan unsur Ca tetapi karena tanah terlalu masam. Oleh karena itu pH tanah perlu dinaikkan agar unsur-unur hara seperti P mudah diserap tanaman dan keracunan Al dapat dihindarkan (Hardjowigeno, 1992).
Pengapuran adalah salah satu bentuk dari remediasi selain pengoksidasian dan pembìlasan tanah Untuk mengatasi Permasalahan utama pada tambak tanah sulfat masam antara lain: pH rendah (S 3,5); kurang tersedia fosfor (P), kalsium (Ca), dan magnesium kandungan unsur molibdium (Mo) dan besi (Fe) serìng berlébihan sehingga dapat meracuni organisme; serta kelarutan aluminium (Al) sering tinggi sehingga merupakan penghambat ketersediaan P. Penambahan pupuk, terutama yang mengandung P sering tidak bermanfaat pada tanah masam ini bila unsur-unsur toksìk sepertì AI, Fe, dan Mn tidak diatasi Ratnawati (2008).
Pengapuran berguna untuk memperbaiki keasaman (pH) dasar tambak. dasar tambak yang ber-pH rendah dapat menyebabkan rendahnya pH air tambak. oleh karena itu, perbaikan pH air tambak harus dimulai dari perbaikan pH tanah dasar tambak. selain untuk memperbaiki keasaman dasar tambak, kapur juga berfungsi sebagai desinfektan dan penyedia unsur hara (fosfor) yang dibutuhkan plankton. tanah dasar tambak yang mengandung pirit harus direklamasi terlabih dahulu selama kurang lebih 4 bulan sebelum diberi kapur sejumlah 2-2,5 ton/ha (Suyanto., et all 2009).




III.    METODE PRAKTIKUM
3.1    Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada bulan  Maret sampai Mei 2013, bertempat di belakang Laboraotorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari.

3.2    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu karung, polybag, silet, penggaris/mistar dan alat tulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu pasir Pantai Nambo, benih jagung, air dan pupuk urea.

3.3    Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu:
a.         Mengambil tanah pada minipit hutan. Kemudian dikering anginkan.
b.        Setelah itu masukkan ke dalam 5 polybeg, masing-masing berisi 5 kg tanah.
c.         Menanam  masing-masing 2 benih jagung ke dalam 5 polybag.
d.        Menyiram tanaman jagung setiap hari (kecuali hujan).
e.         Mengukur pertumbuhan tanaman (tinggi batang, lebar daun, panjang daun dan jumlah daun) setiap minggu.
f.         Mealukan pemupukan dengan menggunakan pupuk urea, masing-masing pada setiap polybag diberi dosis yang berbeda-beda, yaitu;
-          Polybag I tanpa perlakuan (kontrol)
-          Polybag II ½ dosis anjuran
-          Polybag III dosi anjuran
-          Polybag IV 2 kali dosis anjuran



IV.     HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Hasil
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilaksanakan dipeoleh hasil yaitu:
Table 01. pengukuran minggu ke-1

Polibag 1
Polibag 2
Polibag 3
Polibag 4
Tinggi Tanaman
6.2 cm
5.5 cm
5.7 cm
6 cm
Panjang Daun
21.3 cm
21.7 cm
16.5 cm
17.5 cm
Lebar Daun
1.6 cm
1.6 cm
1.6 cm
1.3 cm
Jumlah Daun
4 helai
3 helai
4 helai
4 helai

Table 02. pengukuran minggu ke-2

Kontrol
½ Dosis
Dosis Anjuran
2x Dosis Anjuran
Tinggi Tanaman
4,8 cm
4,8 cm
5,2 cm
4,8 cm
Panjang Daun
16,5 cm
9,6 cm
12,9 cm
10,2 cm
Lebar Daun
1,2 cm
1,1 cm
1,6 cm
1,3 cm
Jumlah Daun
3 helai
3 helai
4 helai
2 helai





Table 03. pengukuran minggu ke-3

Kontrol
½ Dosis
Dosis Anjuran
2x Dosis Anjuran
Tinggi Tanaman
6,5 cm
5,7 cm
7,4 cm
6 cm
Panjang Daun
29 cm
19 cm
23,1 cm
19,8 cm
Lebar Daun
1,6 cm
1,1 cm
1,6 cm
1,3 cm
Jumlah Daun
3 helai
3 helai
4 helai
3 helai


Table 04. pengukuran minggu ke-4

Kontrol
½ Dosis
Dosis Anjuran
2x Dosis Anjuran
Tinggi Tanaman
8,1 cm
6,6 cm
8,2 cm
6,3 cm
Panjang Daun
30 cm
20,2 cm
25,2 cm
20 cm
Lebar Daun
2,1 cm
1,1 cm
1,6 cm
1,3 cm
Jumlah Daun
3 helai
3 helai
4 helai
3 helai
Table 05. pengukuran minggu ke-5

Kontrol
½ Dosis
Dosis Anjuran
2x Dosis Anjuran
Tinggi Tanaman
9 cm
7 cm
9 cm
7 cm
Panjang Daun
31,5 cm
21 cm
30,5 cm
22,5 cm
Lebar Daun
2,5 cm
1,1 cm
2 cm
1,9 cm
Jumlah Daun
2 helai
2 helai
2 helai
2 helai

Table 06. pengukuran minggu ke-6

Kontrol
½ Dosis
Dosis Anjuran
2x Dosis Anjuran
Tinggi Tanaman
14 cm
-
12,5 cm
10 cm
Panjang Daun
35 cm
-
32 cm
20 cm
Lebar Daun
2,2 cm
-
2 cm
1,9 cm
Jumlah Daun
2 helai
-
2 helai
1 helai
Table 06. pengukuran minggu ke-7

Kontrol
½ Dosis
Dosis Anjuran
2x Dosis Anjuran
Tinggi Tanaman
15 cm
-
12,5 cm
12 cm
Panjang Daun
35,5 cm
-
32 cm
25,2 cm
Lebar Daun
2,5 cm
-
2 cm
1,5 cm
Jumlah Daun
2 helai
-
2 helai
1 helai








Grafik 01. Tinggi tanaman
Grafik 02. Panjang daun



Grafik 03. Lebar daun
Grafik 04. Jumlah daun






4.2    Pembahasan
Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik dan terdegradasi secara organik. Sumber utama pupuk organik pada umumnya berasal dari jaringan tanaman baik berupa sampah tanaman maupun sisa-sisa tanaman ang telah mati. Sedangkan pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik atau industry pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) yang mengandung nutrient tinggi yang dibutuhkan tanaman.
Pada praktikum ini, pupuk yang digunakan yaitu pupuk urea. Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH2 CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kg Nitrogen.
Pada praktikum ini digunakan 5 perlakuan yaitu polybeg 1 kontrol (tanpa penggunaan pupuk), polybeg 2 ½ dosis anjuran, polybeg 3 dosis anjuran dan polybag 4 2x dosis anjuran. Dari ke lima perlakuan tersebut yang mempunyai pertumbuhan yang baik yaitu pada polybag ke-2 yaitu pada polybag pertama (kontrol/tanpa penggunakan pupuk). Dengan tinggi tanaman 15 cm, panjang daun 15,5 cm, lebar daun 2,5 cm dan jumlah daun 2 helai. Sedangkan pertumbuhan yang kurang baik yaitu pada polybag ke-2. Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu tingginya curah hujan yang terjadi di wilayah praktikum.



V.      PENUTUP
A.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pebahasan, maka ditarik kesimpulan bahwa Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik dan terdegradasi secara organik.. Sedangkan pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik atau industry pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) yang mengandung nutrient tinggi yang dibutuhkan tanaman. Pada praktikum ini digunakan 5 perlakuan yaitu polybeg 1 kontrol (tanpa penggunaan pupuk), polybeg 2 ½ dosis anjuran, polybeg 3 dosis anjuran dan polybag 4 2x dosis anjuran. Dari ke lima perlakuan tersebut yang mempunyai pertumbuhan yang baik yaitu pada polybag ke-2 (1/2 dosis anjuran).

B.       Saran
Sebaiknya pada praktikum ini tanaman harus disiram secara rutin, agar tanaman bisa menyerap unur hara yang diberikan.


                                                      DAFTAR PUSTAKA

Akil,M., dan H.A. Dahlan., 2009. Budidaya jagung dan Diseminasi Teknologi. Balai Penelitian Tanaman Serelia. Maros.

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Prihmantoro, 2001. Memupuk Tanaman Sayur. Penebar. Swadaya Jakarta.

Ratnawati E. 2008. Budidaya Udang Windu (Penaeus Monodon) Sistem Seml­Intenslf Pada Tambak Tanah Sulfat Masam. Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Maros. Redaksi Ciptawidya Swara. 2008. Petunjuk Teknik Budidaya 23 Tanaman Unggul. Jakarta.

Rubatzky V.E. dan M. Yamaguchi., 1998. Sayuran Dunia. ITB Press. Bandung.
Rukmana, R., 2009. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Jakarta.

Suprapto H.S. dan A. R. Marzuki., 2002. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suyanto R  Dra. Ny. S ,dan Takarina E. P., Ir. Msi. 2009. Panduan Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya. Yogyakata.

Sitompul. S.M. dan B. guritno, 1995. Análisis pertumbuhan tanaman. UGM press, Yogyakarta.

Sunarti.S., A.S. Nuning., Syarifuddin dan R. Efendi, 2009. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serelia. Maros.

Warisno, 2009. Jagung Hibrida. Kanisius. Jakarta.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar