LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM
KESUBURAN
TANAH
DAN TEKNIK PEMUPUKAN
“Pembuatan Pupuk
Organik”
Oleh :
SIAMRUN
D1B1 12
037
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HALUOLEO
2013
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pupuk adalah material yang
ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang
diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat
berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen
tambahan. Pupuk mengandung bahan baku pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
sementara suplemen seperti hormontumbuhan membantu kelancaran proses
metabolisme. Ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah
material suplemen.
Dalam pemberian pupuk perlu
diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terkaku
banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyan zat makanan dapat
berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan
ke daun.
Dalam proses pertanian untuk
membantu menyuburkan tanah dan tanaman diperlukan adanya pemupukan. Pupuk yang
digunakan terdiri dari dua macam pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik
adalah pupuk yang memanfaatkan sampah daun, kotoran hewan dan seresah. Sedangkan
pupuk anorganik yaitu pupuk yang sengaja dibuat di pabrik seperti Urea, KCl,
SP-36, dan lain-lain. Pemupukan dilakukan sesuai kondisi tanaman dan tanah.
Ketika tanaman kekurangan suatu unsur maka dilakukan pemupukan. Selain pupuk
tanaman juga memerlukan perawatan intensif seperti pengairan, pembajakan untuk
menunjang pertumbuhan tanaman..
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari pembuatan pupuk organik
(Kompos kotoran ayam, kompos kotoran sapi dan pupuk bokashi) yaitu untuk
mengetahui cara pembuatan pupuk dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
keberhasilan dan kegagalan dalam pembuatan pupuk.
Kegunaan dari pembuatan pupuk
organik (Kompos kotoran ayam, kompos kotoran sapi dan pupuk bokashi) yaitu
praktikan dapat mengetahui cara pembuatan pupuk dan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam pembuatan pupuk.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Pupuk organik ialah pupuk yang berupa senyawa organik.
Kebanyakan pupuk alam tergolong pupuk organik ( pupuk kandang, kompos, guano ).
Pupuk alam yang tidak termasuk pupuk organik misalnya rock phosphat, umumnya
berasal dari batuan sejenis apatit (Ca3(PO4)2). Pupuk
organik merupakan pupuk yang berasal dari pelapukan sisa-sisa makhluk hidup
seperti tanaman, hewan dan manusia, serta kotoran hewan. Pupuk Organik umumnya
lebih unggul dibandingkan pupuk anorganik (Marsono,
2000).
pupuk organik adalah pupuk kandang,
pupuk hijau dan kompos. Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran
hewan yang dapat digunakan apabila telah dikeringkan dan proses pelapukannya
(dekomposisi) telah sempurna. Pupuk hijau berasal dari tanaman berpolong dan
kacang-kacangan. Sedangkan kompos merupakan jenis pupuk yang berasal dari
sisa-sisa bahan tanaman yang telah mengalami penguraian (dekomposisi) (Saktiyono,
2008).
Beberapa
jenis pupuk organik sebagai pupuk alam berdasarkan bahan dasarnya, yaitu pupuk
kandang, kompos, humus, pupuk hijau dan pupuk mikroba. Sedangkan ditinjau dari
bentuknya ada pupuk organik cair dan ada pupuk organik padat. Sebagai contoh
kompos merupakan contoh pupuk organik padat yang dibuat dari bahan organik
padat (tumbuh-tumbuhan), sedangkan thilurine adalah pupuk organik cair yang
dibuat dari bahan organik cair (urine sapi). Pupuk organik dapat dibuat dari
limbah, contohnya limbah peternakan sapi perah, baik berupa feses maupun
urinenya dapat dijadikan bahan pembuatan pupuk organik (Musnamar, 2003).
Pupuk
anorganik adalah pupuk yang terbuat dengan proses fisika, kimia, atau biologis.
Pada umumnya pupuk anorganik dibuat oleh pabrik. Bahan bahan dalam pembuatan
pupuk anorgank berbeda beda, tergantung kandungan yang diinginkan. Misalnya
unsur hara fosfor terbuat dari batu fosfor, unsure hara nitrogen terbuat dari
urea. Pupuk anorganik sebagian besar bersifat hidroskopis. Hidroskopis adalah
kemampuan menyerap air diudara, sehingga semakin tinggi higroskopis semakin
cepat pupuk mencair (Teti
Suryati, 2009).
Pupuk
anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu
bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi. Misalnya urea berkadar
N 45-46% (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen) (Lingga, 2000).
Pupuk
anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik atau hasil industri dan
mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman. Berdasarkan jumlah jenis unsur
hara yang dikandungnya, pupuk anorganik ini dibagi dalam beberapa golongan,
yaitu: (1). Pupuk tunggal : yaitu pupuk yang mengandung satu
jenis unsur hara, misalnya urea (mengandung unsur N); TSP (mengandung unsur P)
dan KCL (mengandung unsur K). (2). Pupuk majemuk; yaitu pupuk
yang mengandung unsur N, P dan K sekaligus. Contohnya adalah Amofos (mengandung
unsur dan P), Nitroposka (mengandung unsur N, P dan K). Berdasarkan jenis hara
utama yang dikandung, pupuk anorganik dibagi dalam beberapa golongan, yakni :
pupuk nitrogen, pupuk fosfor dan pupuk kalium (Teti Suryati, 2009).
Pupuk
anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk
majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara
misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan sebagainya. Pupuk majemuk adalah
pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara misalnya N + P, P + K, N + K,
N + P + K dan sebagainya (Hardjowigeno, 2004).
Pupuk
Bokashi adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik yang difermentasikan
dengan efektife mikroorganisme (EM4) baik secara aerobik maupun an aerobik.
Dalam EM4 memiliki 4 mikroorganisme yang membantu dalam proses penguraian
bahan-bahan organik yaitu mikroorganisme fotosintetik, lactobaccillus, ragi dan
fungi actinomiceter (Widiana, 2004).
Manfaat
bokashi untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian, khususnya
tanaman pangan, sangat perlu diterapkan teknologi yang murah dan mudah bagi
petani. Tehnologi tersebut dituntut ramah lingkungan dan dapat menfaatkan
seluruh potensi sumberdaya alam yang ada dilingkungan pertanian, sehingga tidak
memutus rantai sistem pertanian (Widiana, 2004).
Penggunaan
pupuk bokashi EM merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan pada
pertanian saat ini. Pupuk
bokashi adalah pupuk organik (dari bahan jerami, pupuk kandang, samapah
organik, dll) hasil fermentasi dengan teknologi EM-4 yang dapat digunakan untuk
menyuburkan tanah dan menekan pertumbuhan patogen dalam tanah, sehingga efeknya
dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman (Widiana,
2004).
Pupuk
hijau adalah pupuk tanaman yang diambil melalui bagian tanaman yang masih muda
yang dibenamkan kedalam tanah dengan tujuan untuk menambah unsur hara dan
kandungan bahan organik pada tanah terutama unsur hara N (Lahuddin, 2007).
Pupuk hijau terbuat dari tanaman
atau komponen tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah. Jenis tanaman yang banyak
digunakan adalah dari familia Leguminoceae atau kacang-kacangan dan jenis
rumput-rumputan (rumput gajah). Jenis tersebut dapat menghasilkan bahan organik
lebih banyak, daya serap haranya lebih besar dan mempunyai bintil akar yang
membantu mengikat nitrogen dari udara (Hardjowigeno,
2004).
Pupuk
kompos adalah pupuk yang dibuat dari bahan organik yang di campurkan bahan
pupuk berupa pupuk kandang dan hayati, jerami, sampah, limbah organik yang
sebagian atau seluruhnya telah terdekomposisi (Suntoro, 2003).
Pupuk kompos merupakan bahan-bahan
organik yang telah mengalami pelapukan, seperti jerami, alang-alang, sekam
padi, dan lain-lain termasuk kotoran hewan. Sebenarnya pupuk hijau dan seresah
dapat dikatakan sebagai pupuk kompos. Tetapi sekarang sudah banyak
spesifisikasi mengenai kompos (Lahuddin, 2007).
III.
METODE
PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum pembuatan
pupuk organik (kompos kotoran ayam, pupuk kompos kotoran sapi dan pupuk bokashi)
dilaksanakan pada pukul 11.30 WITA pada hari Sabtu tanggal 25 Mei 2013
bertempat di Kebun Percobaan jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Haluoleo Kendari.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
pada praktikum pembuatan pupuk organik (kompos kotoran ayam, pupuk kompos
kotoran sapi dan pupuk bokashi) yaitu pacul, parang, timbangan, karung, terpal,
sekop, alat tulis menulis dan kamera.
Bahan yang digunakan
yaitu kotoran ayam, kotoran sapi, dedaunan/seresah, dedak, serbuk gergaji, EM4
dan air.
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum pembuatan
pupuk kompos kotoran ayam, pupuk kompos kotoran sapi dan pupuk bokashi adalah
sebagai berikut :
a. Masing-masing
kelompok menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat praktikum.
b. Melebarkan
terpal pada tempat yang telah ditentukan oleh asisten untuk mencampur
bahan-bahan untuk membuat pupuk kompos kotoran ayam, pupuk kompos kotoran sapi
dan pupuk bokashi.
c. Mencampur
bahan yang berbeda-beda untuk membuat pupuk yang berbeda
d. Mengaduk
hingga bahan tercampur secara merata
e. Mencampur
larutan EM4 dengan air secara merata
f. Memberikan
EM4 yang telah dicampur dengan air pada bahan yang telah diaduk dengan tujuan
mempercepat proses dekomposisi
g. Mengaduk
kembali bahan yang telah di berikan EM4
h. Setelah
pengadukan selesai, bahan pembuatan pupuk dibuat gundukan agar mempermudah
penutupan bahan dengan terpal
i. Memperhatikan
(mengaduk) tiap hari untuk menjaga suhu pada bahan pembuatan pupuk agar
mikroorganisme dapat tetap hidup yang akan membantu proses dekomposisi bahan
pembuatan pupuk
j. Mengamati
tiap minggu perubahan yang terjadi baik dari segi warna, bau dan bentuk
morfologi lainnya.
BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil dari praktikum
pembuatan pupuk organik (kompos kotoran ayam, pupuk kompos kotoran sapi dan pupuk
bokashi) dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Gambar 1. Pupuk Gambar 2. Pupuk Gambar
3. Pupuk
Kompos kotoran ayam Kompos kotoran sapi Bokashi
4.2 Pembahasan
Pupuk organik merupakan pupuk yang
berasal dari alam dan penggunaan pupuk organik makin
meningkat sejalan dengan berkembangnya pertanian organik. Berdasarkan
hasil praktikum pembuatan pupuk organik (kompos kotoran ayam), didapatkan hasil
pada minggu pertaman bau dari bahan sangat menyengat, dan memilki
mikroorganisme (belatung) dan berwarna coklat muda dan ketika digenggam ikut
menggenggan dan ketika diurai tidak terurai, bahan-bahan pembuatan pupuk belum
terurai secara merata serta gas yang keluar pada saat terpal dibuka sangat
terlihat dan suhunya sangat panas. Pada minggu kedua bau dari bahan pembuatan
pupuk tidak terlalu menyengat, mikroorganisme (belatung) lebih banyak, warna
bahan berwarna coklat muda, bahan-bahan sudah hampir terurai secara merata,
serta gas yang keluar tidak terlalu banyak seperti pada minggu pertama dan
suhunya tidak terlalu panas. Pada minggu ketiga pupuk sudah jadi dan sudah bisa
digunakan karena pupuk sudah tidak berbau menyengat seperti minggu sebelumnya
dan bahan sudah terurai secara merata, suhu pada bahan hanya panas setelah
terpal dibuka dan setelah beberapa menit kemudian pupuk tidak panas lagi dan
ketika pupuk digenggam ikut menggenggam dan ketika diurai ikut mengurai.
Berdasarkan teori bahwa pupuk organik (kompos), sudah jadi ditandai dengan tidak
adanya bau menyengat pada pupuk dan ketika digenggam menggunakan tangan ikut menggenggam
dan ketika diurai ikut mengurai karena kandungan air pada bahan sudah tidak ada
lagi dan ditandai dengan suhu yang tidak panas (Ikbal, 2010).
Pada praktikum pembuatan pupuk
kompos kotoran ayam, kompos kotoran sapi dan pupuk bokashi dapat dibandingkan
bahwa pupuk yang tercepat jadi yaitu pupuk kotoran sapi dimana hal tersebut
terjadi karena bahan yang digunakan lebih sedikit dibanding pupuk kotoran ayam
dan pupuk bokshi dan pengadukan pupuk untuk menjaga suhu agar mikroorganisme
dapat tetap hidup lebih sering dilakukan. Sedangkan pupuk kompos kotoran ayam,
pupuk tersebut agak lambat jadinya dikarenakan bahan yang digunakan lebih
banyak dan pengadukan jarang dilakukan sehingga suhu pada bahan pembuatan tidak
terjaga dengan baik yang menyebabkan memperlambat proses dekomposisi
(penguraian) pupuk. Pada pembuatan pupuk bokashi, pupuk tersebut tidak jadi
dikarenakan pada tempat pembuatan pupuk langsung terkena sinar matahari
sehingga kelembaban pada bahan tidak terjaga dan bahan yang digunakan terlalu banyak
dan tidak seimbang dengan bahan EM4 yang diberikan sehingga proses dekomposisi
(penguraian) bahan pembuatan pupuk sangat lambat dan pengadukan jarang
dilakukan sehingga menyebabkan jamur dapat tumbuh pada bahan pembuatan pupuk
dan pupuk bisa jadi ketika ditambahkan sedikit demi sedikit bahan EM4 agar
membantu proses penguraian dan bahan dipindahkan ketempat lain agar tidak
terkena langsung sinar matahari.
V.
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat
di tarik dari praktikum pembuatan pupuk organik (kompos kotoran ayam, pupuk
kompos kotoran sapi dan pupuk bokashi) yaitu bahwa agar pupuk yang dibuat jadi
dan dapat digunakan (diaplikasikan) kelapangan maka faktor-faktor keberhasilan
pupuk harus diperhatikan dengan baik yaitu suhu bahan pembuatan pupuk harus
dijaga agar mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tersebut
sehingga membantu proses penguraian dan dilakukan pengadukan secara teratur dan
perbandingan bahan juga harus seimbang serta tempat pembuatan pupuk juga harus
diperhatikan.
5.2 Saran
Saran yang dapat saya
ajukan pada pelaksanaan praktikum pembuatan pupuk organik (kompos kotoran ayam,
kompos kotoran sapi dan pupuk bokashi) yaitu sebaiknya praktikum selanjutnya dilakukan
atau praktekkan langsung pada petani.
DAFTAR PUSTAKA
Hardjowigeno.
2004. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo. Jakarta.
Hanolo. 2007. Kesuburan Tanah.
Angkasa Bandung. Bandung.
Ikbal. 2010. Ilmu
Tanah. Penerjemah Soegiman. Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Lahuddin.
2007. Aspek
Unsur Mikro dalam Kesuburan Tanah. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
Tetap Universitas Sumatera Utara. Medan.
Lingga. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Marsono. 2000. . Petunjuk
Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Musnamar.
2003. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Sifat-Sifat Tanah Jurnal Ilmu
Tanah dan Lingkungan.
Saktiyono. 2008. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan
Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serelia. Maros.
Suntoro.
2003. Peranan Bahan Organik terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya.
Jurnal Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USU.
Teti
Suryati. 2009. Bijak dan Cerdas Mengolah Sampah. PT Agromedia Pustaka, Jakarta.
Widiana.
2004. Peranan EM-4 dalam Meningkatkan Kesuburan dan Produktifitas Tanah.
Buletin Kyusei Nature Farming.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar