LAPORAN
PRAKTIKUM
DASAR PEMULIAAN
TANAMAN
“Perkawinan Silang Pada Tanaman Padi”
OLEH
:
NAMA : SIAMRUN
STAMBUK :
D1B1 12 037
KELOMPOK : IV (EMPAT)
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HALUOLEO
2013
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Padi
merupakan sumber karbohidrat yang tinggi selain jagung dan gandum.
Indonesia merupakan salah satu pengkonsumsi beras yang merupakan produk
dari tanaman padi ini. Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang
berakar serabut, berbatang pendek, struktur yang serupa dengan batang terdiri
dari pelepah daun yang saling menopang. Tanaman padi memiliki buah dengan tipe
bulir yang tidak dapat dibedakan mana buah dan mana yang bijinya. Bentuk
dari buahnya yaitu bulat lonjong dengan ukuran 3 mm sampai 15 mm yang ditutupi
oleh palea dan lema atau yang kita kenal dengan sekam. Persilangan padi secara
alami berlangsung dengan bantuan angin. Adanya varietas padi lokal di berbagai
daerah menunjukkan telah terjadi persilangan secara alami. Persilangan padi
secara buatan dilakukan dengan campur tangan manusia. Persilangan padi secara
buatan pada umumnya menghasilkan tanaman yang relatif pendek, berumur genjah,
anakan produktif banyak, dan hasil tinggi. Sementara itu persilangan secara
alami menghasilkan tanaman yang relative tinggi, berumur panjang, anakan
produktif sedikit, dan produktivitas rendah. Persilangan pada tanaman padi
merupakan proses penggabungan sifat melalui pertemuan tepung sari dengan kepala
putik dan kemudian embrio berkembang menjadi benih. Secara teknis persilangan
padi secara buatan dimulai dengan pemilihan tetua pada pertanaman petak
hibridisasi, dilanjutkan dengan kastrasi, hibridisasi, isolasi, dan
pemeliharaan.
Perkembangbiakan
tanaman secara generatif adalah melalui proses perkawinan / penyerbukan.
Pembuahan sel telur dan perkembangannya hanya akan terjadi jika butir serbuk
sari sampai kepada stigma. Penyerbukan berbeda dengan pembuahan, penyerbukan
adalah peleburan gamet jantan dan gamet betina. Penyerbukan ada dua macam,
yaitu penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang. Penyerbukan sendiri adalah
proses penyerbukan kepala putik oleh serbuk sari yang berasal dari bunga
itu sendiri atau dari bunga lain pada tumbuhan yang sama. Alat reproduksi
tanaman adalah bunga dan pada bunga pada umumnya terdapat struktur jantan
(serbuk sari) dan betina (putik).
Proses
penyerbukan terdapat dua macam penyerbukan, yaitu penyerbukan terbuka
(kasmogami) dan penyerbukan tertutup (kleistogami). Penyerbukan silang ialah
proses perpindahan serbuk sari dari anther bunga tumbuhan ke stigma bunga
tumbuhan lain yang sama atau species yang berkerabat. Penyerbukan dapat dibantu
oleh angin dan serangga, burung, keong,dan binatang kecil lain. Contoh tanaman
yang menyerbuk sendiri adalah gandum, padi, kedelai dan lain-lain. Penyerbukan silang
lebih umum terjadi dibanding dengan penyerbukan sendiri. Penyerbukan silang
menghasilkan kombinasi satuan keturunan yang lebih beragam dari keduanya.
Pengaruh langsung dari penyerbukan silang adalah banyaknya spesies dari
produksi biji yang dihasilkan dan bersifat lebih kuat dari turunannya.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana latar belakang tanaman padi ?
2.
Bagaimana fase pertumbuhan pada tanaman
padi ?
3.
Bagaimana proses penyerbukan silang pada
tanaman padi ?
C.
Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui
latar belakang tanaman padi, untuk mengetahui fase pertumbuhan pada tanaman
padi dan untuk mengetahui proses penyerbukan tanaman padi.
Kegunaan dari praktikum kali ini adalah untuk menambah wawasan
praktikan tentang perkawinan silang pada tanaman padi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan padi termasuk
golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas.
Tanaman padi membentuk rumpun dengan anakannya, biasanya anakan akan tumbuh
pada dasar batang. Pembentukan anakan terjadi secara tersusun yaitu pada batang
pokok atau batang batang utama akan tumbuh anakan pertama, anakan kedua tumbuh
pada batang bawah anakan pertama, anakan ketiga tumbuh pada buku pertama pada
batang anakan kedua dan seterusnya. Semua anakan memiliki bentuk yang serupa
dan membentuk perakaran sendiri (Luh, 1991).
Batang padi tersusun
dari rangkaian ruas–ruas dan diantara ruas yang satu dengan ruas yang lainnya
dipisahkan oleh satu buku. Ruas batang padi didalamnya berongga dan bentuknya
bulat, dari atas ke bawah ruas buku itu semakin pendek. Ruas yang terpendek
terdapat dibagian bawah dari batang dan ruas–ruas ini praktis tidak dapat
dibedakan sebagai ruas–ruas yang berdiri sendiri. Sumbu utama dari batang
dibedakan dari bagian pertumbuhan embrio yang disertai pada coleopotil pertama
(Grist, 1960).
Pada dasar bunga
terdapat ladicula (daun bunga yang telah berubah bentuknya). Ladicula berfungsi
mengatur dalam pembuahan palea, pada waktu berbunga ia menghisap air dari bakal
buah, sehingga mengembang. Pengembangan ini mendorong lemma dan palea terpisah
dan terbuka (Hasyim, 2000).
Bunga padi adalah bunga
telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga. Berkelamin dua jenis dengan bakal
buah yang diatas. Jumlah benang sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan
tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua kandung serbuk. Putik mempunyai
dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dengan
warna pada umumnya putih atau ungu (Departemen Pertanian, 1983).
Secara
umum padi dikatakan sudah siap panen bila butir gabah yang menguning sudah
mencapai sekitar 80 % dan tangkainya sudah menunduk. Tangkai padi merunduk
karena sarat dengan butir gabah bernas. Untuk lebih memastikan padi sudah siap
panen adalah dengan cara menekan butir gabah. Bila butirannya sudah keras
berisi maka saat itu paling tepat untuk dipanen (Andoko, 2002).
Berdasarkan literatur Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika
tumbuhan diklasifikasikan ke dalam Divisio Spermatophyta, dengan Sub
divisio Angiospermae, termasuk ke dalam kelas Monocotyledoneae,
Ordo adalah Poales, Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza
L, dan Speciesnya adalah Oryza sativa L.
Persilangan padi
Persilangan tanaman padi dapat berlangsung
secara alami dan buatan (Soedyanto et al. 1978). Persilangan padi secara
alami berlangsung dengan bantuan angin. Adanya varietas padi lokal di berbagai
daerah menunjukkan telah terjadi persilangan secara alami. Contoh varietas padi
lokal yang banyak ditanam petani adalah Rojolele, Mentik, Cempo, Pandan Wangi,
Markoti, Hawarabunar, Lemo, Kuwatik, dan Siam.
Menurut Harahap (1982), terdapat beberapa metode persilangan
buatan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan varietas unggul padi, yaitu
silang tunggal atau single cross (SC), silang puncak atau top cross (TC),
silang ganda atau double cross (DC), silang balik atau back cross (BC),
dan akhir-akhir ini dikembangkan pula metode persilangan multi cross (MC).
Silang tunggal hanya melibatkan dua tetua saja. Silang puncak merupakan
persilangan antara F1 dari silang tunggal dengan tetua lain. Silang ganda
merupakan persilangan antara F1 dengan F1 hasil dari dua persilangan tunggal.
Silang balik adalah persilangan F1 dengan salah satu tetuanya. Silang banyak
merupakan persilangan yang melibatkan lebih dari empat tetua. Agar persilangan
berhasil perlu diketahui tujuan dan prioritas persilangan serta sifat sifat
penting varietas atau spesies tetua yang akan disilangkan, terutamabiologi
bunga dan teknik persilangan. Terdapat perbedaan karakter morfologibiologi
bunga dalam hal arah tandan, bentuk dan posisi bunga hermaprodit,panjang tangkai, panjang tandan, serta waktu dan
lamanya berbunga (Rudi, 1996).
Benang
sari menghasilkan serbuk sari yang masing-masing membentuk gametjantan.
Sedangkan putik akan membentuk bakal biji (ovulum)
yang mengandungtelur. Pada waktu proses penyerbukan, yaitu jatuhnya serbuk sari
pada kepalaputik, terbentuklah tabung serbuk sari, kemudian berlangsung
pembuahan antarasperma dengan telur. Proses akhir dari pembuahan ini adalah
terbentuknya biji ( Hanum, 2008).
III.
METODOLOGI
PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Minggu, 2 Juni 2013 pada pukul 08:30 WITA
sampai selesai, bertempat di Kebun Percobaan Lahan Kering Fakultas
Pertanian Universitas Haluoleo Kendari.
B.
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan
pada praktikum ini yaitu gunting,
cangkul, kertas
sungkup dan pot.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu tanaman padi, dan alcohol jika
dibutuhkan.
C.
Prosedur
Pelaksanaan
Langkah ataupun
tahap-tahap pengerjaan yang dilakukan didalam persilangan padi ini adalah
sebagai berikut:
1. Pemilihan calon tetua yang akan
dijadikan tetua jantan dan tetua betina
2.
Kastrasi atau
Emaskulasi
Kastrasi atau
emaskulasi adalah membuang bagian tanaman yang tidak diperlukan. Kegiatan ini
biasa disebut dengan pengebirian. Kastrasi dilakukan sehari sebelum penyerbukan
agar putik menjadi masak sempurna saat penyerbukan sehingga keberhasilan
penyilangan lebih tinggi. Setiap bunga (spikelet) terdapat enam benang
sari. Dua kepala putik yang menyerupai rambut tidak boleh rusak. Oleh karena
itu perlu hati-hati dalam melakukan kastrasi. Bunga pada malai yang akan
dikastrasi dijarangkan hingga tinggal 15-50 bunga. Sepertiga bagian bunga
dipotong miring menggunakan gunting kemudian benang sari diambil dengan alat
penyedot jarum pentul maupun dengan pinset. Bunga yang telah bersih dari benang
sari ditutup dengan glacine bag (kertas sungkup) agar tidak terserbuki oleh
tepung sari yang tidak dikehendaki. Waktu yang baik untuk melakukan kastrasi
adalah setelah pukul 3.00 sore. Stadia bunga yang baik untuk dikastrasi adalah
pada saat ujung benang sari berada pada pertengahan bunga. Pada stadia
demikian, benang sari akan mekar dalam 1-2 hari.
3. Penyerbukan
Untuk
proses penyerbukkan sebaiknya dilakukan satu hari setelah proses kastrasi. Setelah kepala sari membuka, segera dilakukan
penyerbukan. Bunga betina yang sudah dikastrasi dibuka tutupnya kemudian bunga jantan
diletakkan di atasnya. Dengan bantuan jari tangan, bunga digoyang-goyang hingga
tepung sari jatuh dan menempel pada kepala putik. Bak plastik tempat menyimpan
bunga disusun sedemikian rupa sehingga mudah dalam pengambilan bunga saat
penyerbukan. Penyerbukan dapat dilakukan pada pukul 10.00-13.00.
4.
Isolasi dan
Pemeliharaan
Bunga
yang sudah diserbuki segera ditutup dengan kantong kertas transparan atau glacine
bag . Pada malai dipasang etiket (label data) yang mencantumkan tanggal
silang, nama tetua, jumlah malai yang disilangkan, dan dapat juga dicantumkan
nama yang menyilangkan . Penulisan identitas sangat penting untuk legitimasi
genotip baru yang dihasilkan. Tanaman hasil penyerbukan dipelihara di rumah
kaca sampai biji hasil persilangan masak. Setelah 3-4 minggu,malai dipanen
kemudian dikeringkan dengan cara dijemur atau dioven. Biji yang
sudah kering dirontok kemudian dimasukkan ke dalam kantong kertas dan dicatat
dalam buku persilangan.Benih F1 hasil persilangan dapat ditanam sebagai bahan
seleksi pada tahap pemuliaan selanjutnya. Dari benih F1 hingga menjadi varietas
unggul diperlukan banyak tahapan kegiatan dan waktu antara 5-10 tahun.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil pengamatan pada
praktikum ini adalah sebagai berikut:
Deskripsi Tanaman Padi (Oryza sativa).
Umur tanaman
|
:
|
115 – 125 hari
|
Bentuk tanaman
|
:
|
Tegak
|
Tinggi tanaman
|
:
|
100 -120 cm
|
Anakan yang tumbuh
|
:
|
10 – 15 batang
|
Warna batang
|
:
|
Hijau muda
|
Warna lidah daun
|
:
|
Tidak berwarna
|
Warna daun
|
:
|
Hijau
|
Muka daun
|
:
|
Kasar pada bagian permukaan
sebelah bawah
|
Posisi daun
|
:
|
Tegak (lebih tegak dari Konawe)
|
Daun bendera
|
:
|
Tegak panjang (menutup malai)
|
Bentuk gabah
|
:
|
Panjang ramping
|
Warna gabah
|
:
|
Kuning bersih
|
Kerontokan
|
:
|
Agak tahan
|
B. Pembahasan
Penyerbukan
sendiri (self pollination) adalah
penyerbukan yang terjadi pada tanaman tertentu dimana serbuk sari dan bakal
putik berada pada satu tanaman yang sama. Jika lebih dari 95% populasi tanaman
tersebut melaksanakan penyerbukan sendiri, maka dikatakan tanaman tersebut
melangsungkan tipe penyerbukan sendiri. Tujuan akhir yang ingin dicapai pada
tanaman menyerbuk sendiri adalah untuk mendapatkan tanaman homoxigot yang lebih
unggul. Pada dasarnya penyerbukan sendiri terjadi karena sifat genetic dan susunan
morfologi bunga.
Penyerbukan silang (cross
pollination) adalah suatu sistem perpindahan serbuk sari ke kepala putik
yang berasal dari tanaman yang berbeda. Jika mayoritas suatu populasi (lebih
dari 95%) melangsungkan penyerbukan silang, maka dikatakan bahwa tanaman
tersebut dikategorikan sebagai tanaman menyerbuk silang. Mekanisme menyerbuk
silang terjadi karena terhalangnya penyerbukan sendiri.
Penyerbukan buatan dilakukan antara
tanaman yang berbeda genetiknya. Pelaksanaannya terdiri dari pengumpulan polen
(serbuk sari) yang viabel atau anter dari tanaman tetua jantan yang sehat,
kemudian menyerbukannya ke stigma tetua betina yang telah dilakukan emaskulasi. Saat yang paling baik untuk melakukan persilangan buatan
adalah padasaat bunga betina telah mekar ½ sampai 3/4 bagian dan kepala putik
berwarnaputih. Pada saat itu, bunga jantan (benang sari) pada tandan tersebut
belum masak atau pecah.
1.
Latar
Belakang Tanaman Padi
Padi adalah salah satu tanaman pangan yang memegang
peranan penting dalam kehidupan manusia. Padi merupakan sumber
karbohidrat yang tinggi selain jagung dan gandum. Indonesia merupakan
salah satu pengkonsumsi beras yang merupakan produk dari tanaman padi ini.
Padi merupakan tanaman yang identik dengan hidup secara tergenang oleh
air. Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang berakar serabut, berbatang
pendek, struktur yang serupa dengan batang terdiri dari pelepah daun yang
saling menopang. Daun pada tanaman padi merupakan daun yang sempurna
dengan pelepah yang tegak, daun ini berbentuk lanset dan berwarna hhijau muda
hingga hijau tua, urat daunnya sejajar dan tertutup oleh rambut daun yang
pendek serta jarang.
Tanaman padi memiliki buah dengan tipe bulir yang tidak
dapat dibedakan mana buah dan mana yang bijinya. Bentuk dari buahnya
yaitu bulat lonjong dengan ukuran 3 mm sampai 15 mm yang ditutupi oleh palea
dan lemma atau yang kita kenal dengan sekam. Satu set genom padi terdiri atas
12 kromosom. Karena padi adalah tanaman diploid, maka setiap sel padi memiliki
12 pasang kromosom (kecuali sel seksual). Padi merupakan organisme model dalam
kajian genetika tumbuhan karena dua alasan: kepentingannya bagi umat manusia
dan ukuran kromosom yang relatif kecil, yaitu 1.6~2.3 × 108 pasangan basa (base
pairs, bp). Sebagai tanaman model, genom padi telah disekuensing, seperti juga
genom manusia. Hasil sekuensing genom padi dapat dilihat di situs NCBI.
Perbaikan genetik padi telah berlangsung sejak manusia membudidayakan padi.
Dari hasil tindakan ini orang mengenal berbagai macam ras lokal, seperti
‘Rajalele’ dari Klaten atau ‘Pandanwangi’ dari Cianjur di Indonesia atau
‘Basmati Rice’ dari India utara. Orang juga berhasil mengembangkan padi lahan
kering (padi gogo) yang tidak memerlukan penggenangan atau padi rawa yang mampu
beradaptasi terhadap kedalaman air rawa yang berubah-ubah. Di negara lain
dikembangkan pula berbagai tipe padi. Pemuliaan padi secara sistematis baru
dilakukan sejak didirikannya IRRI di Filipina sebagai bagian dari gerakan
modernisasi pertanian dunia yang dijuluki sebagai Revolusi Hijau. Sejak saat
itu muncullah berbagai kultivar padi dengan daya hasil tinggi untuk memenuhi
kebutuhan pangan dunia. Pada tahun 1984 pemerintah Indonesia pernah meraih
penghargaan dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga
dalam waktu 20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi
negara swasembada beras. Prestasi ini tidak dapat dilanjutkan dan baru kembali
pulih sejak tahun 2007. Diharapkan beras yang dihasilkan padi ini dapat menjadi
alternatif imunisasi kolera, terutama di negara-negara berkembang.
Selain perbaikan potensi hasil, sasaran pemuliaan padi
mencakup pula tanaman yang lebih tahan terhadap berbagai organisme pengganggu
tanaman (OPT) dan tekanan (stres) abiotik (seperti kekeringan, salinitas, dan
tanah masam). Pemuliaan yang diarahkan pada peningkatan kualitas nasi juga
dilakukan, misalnya dengan perancangan kultivar mengandung karoten (provitamin
A).
2.
Fase
Reproduktif/Pertumbuhan Tanaman Padi
Padi
merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri karena lebih dari 95% serbuk sari
tanaman padi membuahi sel telur membuahi tanaman yang sama. Setiap bunga
pada padi memiliki enam kepala sari dan kepala putik yang bercabang.
Umumnya kedua organ ini matang pada waktu yang bersamaan. Kepala
sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma nya ketika ia siap untuk
melakukan proses reproduksi.
Reproduksi pada padi prosesnya yaitu ketika telah terjadi pembuahan zigot dan inti polar yang telah dibuahi tersebut membelah diri. Zigot tersebut berubah menjadi embrio dan inti polar menjadi endospermia yang mana di akhir perkembangannya sebagian besar bulir padi menagndung pati pada bagian endospermanya yang pada tanaman muda hal ini berfungsi sebagai cadangan makanan, sedangkan bagi manusia bulir inilah yang menjadi bahan makanan yang mengandung gizi yang banyak. Dari segi genetika, satu set genom pada padi terdiri dari 12 kromosom yang diploid kecuali sel seksualnya. Pemulian pada padi telah lama dilakukan sejak padi di budidayakan. Hasil dari pemulian yang dikenal yaitu seperti rajalele dan pandanwangi yang merupakan salah satu ras lokal. Namun, secara sistematis pemuliaan baru-baru ini dilakukan sejak didirikannya IRRI di Filiphina.
Reproduksi pada padi prosesnya yaitu ketika telah terjadi pembuahan zigot dan inti polar yang telah dibuahi tersebut membelah diri. Zigot tersebut berubah menjadi embrio dan inti polar menjadi endospermia yang mana di akhir perkembangannya sebagian besar bulir padi menagndung pati pada bagian endospermanya yang pada tanaman muda hal ini berfungsi sebagai cadangan makanan, sedangkan bagi manusia bulir inilah yang menjadi bahan makanan yang mengandung gizi yang banyak. Dari segi genetika, satu set genom pada padi terdiri dari 12 kromosom yang diploid kecuali sel seksualnya. Pemulian pada padi telah lama dilakukan sejak padi di budidayakan. Hasil dari pemulian yang dikenal yaitu seperti rajalele dan pandanwangi yang merupakan salah satu ras lokal. Namun, secara sistematis pemuliaan baru-baru ini dilakukan sejak didirikannya IRRI di Filiphina.
3.
Proses
Penyerbukan Silang pada Tanaman Padi
Pada
persilangan buatan tanaman hermaprodit atau juga tanaman lainnya, biji yang
dihasilkan belum tentu merupakan hasil persilangan buatan. Bisa jadi biji
tersebut merupakan hasil selfing (untuk bunga hermaprodit) atau hasil
persilangan tanaman lain (karena proses isolasi yang tidak sempurna). Hal
tersebut dapat dideteksi dengan bantuan penanda, baik berupa penanda morfologi
maupun penanda molekuler.
Sifat kualitatif tanaman dapat digunakan sebagai penanda morfologi. Pada
biji tanaman yang ada pengaruh metaxenia seperti padi, keberhasilan persilangan buatan sudah dapat dideteksi
tanpa menanam F1.
Sebelum melakukan hibridisasi dilakukan langkah
kastrasi yaitu pengkebirian organ kelamin jantan yang mendekati matang.
Teknik tersebut dilakukan sebelum bunga mekar (putik dan benang sari belum masak). Langkah kastrasi dilakukan untuk mencegah terjadinya penyerbukan sendiri secara alami yang tidak diinginkan, sehingga bila tidak dilakukan kastrasimaka bunga tersebut akan melakukan penyerbukan sendiri secara alami danapabila telah terjadi penyerbukan maka teknik hibridisasi tidak akan bisadilakukan. Teknik kastrasi biasanya dilakukan pada pagi hari sebelum bunga mekar dan benang sari yang belum matang masih dalam keadaan bagus. Dan teknik hibridisasi dilakukan pada sore atau pagi hari. Teknik kastrasi dan hibridisasi yang memperhitungkan waktu dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kegagalandalam kastrasi dan hibridisasi. Pada teknik kastrasi, pada pagi hari dilakukan sebelum bunga mekar dan belum melakukan penyerbukan, hal itu dikarenakan bunga pada umumnya mekar sempurna dan masih dalam keadaan segar pada pukul 06.00 hingga 08.00. apabila dilakukan kastrasi lewat pagi hari dan sesudah bunga mekar, maka serbuk sari akan terlebih dahulu menyerbuki bunga betina dan teknik hibridisasi akan gagal dan tidak dapat dilakukan.
Teknik hibridisasi dilakukan pada pagi atau sore hari bertujuan untuk menambah kemungkinan berhasil karena pada pagi hari atau sore hari bunga mekar sempurna dan dalam keadaan segar. Pada saat matang, putik akan menghasilkan suatu cairan pelekat yang digunakan untuk melekatkan benang sari. Pada siang hari cairan tersebut akan kering dan jika dilakukan hibridisasi maka kemungkinan besar benang sari tidak akan menempel pada kepala putik dan keberhasilan hibridisasi akan berkurang.
Benang sari yang disimpan terlalu lama setelah kastrasi juga tidak baik karena akan menurunkan kualtitas sel sperma jantan. Setelah melakukan kastrasi maka perlakuan hibridisasi diharapkan dilakukan pada hari yang sama yaitu kastrasi pada pagi hari sebelum matahari terbit dan hibridisasi pada sore harinnya pada hari yang sama. Pada bunga, terkadang terjadi inkompatibilitas. Inkompatibilitas adalah gejala kegagalan tanaman dengan tepung sari dan bakal biji yang normal untuk membuat biji sebagai akibat penghalang fisiologis, sehingga tidak terjadi pembuahan. Pada bunga yang mengalami inkompatibilitas tidak akan dapatmelakukan penyerbukan secara alami dan harus dilakukan perlakuan penyerbukan secara buatan. Ada beberapa teknik dalam cara mengatasi penyerbukan bunga yang inkompatibel yaitu dengan cara Suhu tinggi.
Teknik tersebut dilakukan sebelum bunga mekar (putik dan benang sari belum masak). Langkah kastrasi dilakukan untuk mencegah terjadinya penyerbukan sendiri secara alami yang tidak diinginkan, sehingga bila tidak dilakukan kastrasimaka bunga tersebut akan melakukan penyerbukan sendiri secara alami danapabila telah terjadi penyerbukan maka teknik hibridisasi tidak akan bisadilakukan. Teknik kastrasi biasanya dilakukan pada pagi hari sebelum bunga mekar dan benang sari yang belum matang masih dalam keadaan bagus. Dan teknik hibridisasi dilakukan pada sore atau pagi hari. Teknik kastrasi dan hibridisasi yang memperhitungkan waktu dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kegagalandalam kastrasi dan hibridisasi. Pada teknik kastrasi, pada pagi hari dilakukan sebelum bunga mekar dan belum melakukan penyerbukan, hal itu dikarenakan bunga pada umumnya mekar sempurna dan masih dalam keadaan segar pada pukul 06.00 hingga 08.00. apabila dilakukan kastrasi lewat pagi hari dan sesudah bunga mekar, maka serbuk sari akan terlebih dahulu menyerbuki bunga betina dan teknik hibridisasi akan gagal dan tidak dapat dilakukan.
Teknik hibridisasi dilakukan pada pagi atau sore hari bertujuan untuk menambah kemungkinan berhasil karena pada pagi hari atau sore hari bunga mekar sempurna dan dalam keadaan segar. Pada saat matang, putik akan menghasilkan suatu cairan pelekat yang digunakan untuk melekatkan benang sari. Pada siang hari cairan tersebut akan kering dan jika dilakukan hibridisasi maka kemungkinan besar benang sari tidak akan menempel pada kepala putik dan keberhasilan hibridisasi akan berkurang.
Benang sari yang disimpan terlalu lama setelah kastrasi juga tidak baik karena akan menurunkan kualtitas sel sperma jantan. Setelah melakukan kastrasi maka perlakuan hibridisasi diharapkan dilakukan pada hari yang sama yaitu kastrasi pada pagi hari sebelum matahari terbit dan hibridisasi pada sore harinnya pada hari yang sama. Pada bunga, terkadang terjadi inkompatibilitas. Inkompatibilitas adalah gejala kegagalan tanaman dengan tepung sari dan bakal biji yang normal untuk membuat biji sebagai akibat penghalang fisiologis, sehingga tidak terjadi pembuahan. Pada bunga yang mengalami inkompatibilitas tidak akan dapatmelakukan penyerbukan secara alami dan harus dilakukan perlakuan penyerbukan secara buatan. Ada beberapa teknik dalam cara mengatasi penyerbukan bunga yang inkompatibel yaitu dengan cara Suhu tinggi.
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Padi merupakan tanaman
yang menyerbuk sendiri karena lebih dari 95% serbuk sari tanaman padi membuahi
sel telur membuahi tanaman yang sama. Setiap bunga pada padi memiliki enam
kepala sari dan kepala putik yang bercabang. Umumnya kedua organ ini
matang pada waktu yang bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari
palea dan lemma nya ketika ia siap untuk melakukan proses reproduksi.
Reproduksi pada padi prosesnya yaitu ketika telah terjadi pembuahan zigot dan inti polar yang telah dibuahi tersebut membelah diri. Zigot tersebut berubah menjadi embrio dan inti polar menjadi endospermia yang mana di akhir perkembangannya sebagian besar bulir padi menagndung pati pada bagian endospermanya yang pada tanaman muda hal ini berfungsi sebagai cadangan makanan, sedangkan bagi manusia bulir inilah yang menjadi bahan makanan yang mengandung gizi yang banyak. Dari segi genetika, satu set genom pada padi terdiri dari 12 kromosom yang diploid kecuali sel seksualnya.
Reproduksi pada padi prosesnya yaitu ketika telah terjadi pembuahan zigot dan inti polar yang telah dibuahi tersebut membelah diri. Zigot tersebut berubah menjadi embrio dan inti polar menjadi endospermia yang mana di akhir perkembangannya sebagian besar bulir padi menagndung pati pada bagian endospermanya yang pada tanaman muda hal ini berfungsi sebagai cadangan makanan, sedangkan bagi manusia bulir inilah yang menjadi bahan makanan yang mengandung gizi yang banyak. Dari segi genetika, satu set genom pada padi terdiri dari 12 kromosom yang diploid kecuali sel seksualnya.
B.
Saran
Pada praktikum ini tidak
ada saran yang diajukan karena menurut saya praktikum ini sudah berjalan
sebagai mana mestinya, dimana praktikan diberi keleluasaan untuk melakukan
persilangan pada tanaman padi.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasyim 2000 Soedyanto
et al. 1978. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Institut
Petanian Bogor. Bandung
Luh,1991
Botani Departemen pertanian. Jakarta.
Hamid, 1989. Pemuliaan pada Tanaman
Lada. Makalah pada
LatihanTeknik Pemuliaan Tanaman dan
Hibrida di Balittro dan Balittan
Sukamandi. 8hlm.
Hanum, Chairani. 2008.
Teknik Budidaya Tanaman. Direktorat Pembinaa Kejuruan
Pertanian.Bandung.
Kasim, 1990. Pengendalian Penyakit
Busuk Pangkal Batang Lada Secara Terpadu.
Buletin Tanaman Industri I:
16-20.
Nurwardani, Paristiyanti. 2008. Teknik Pembibitan
Tanaman dan Produksi.
Beni Jilid 1.
Direktorat Pembinaan Kejuruan Pertanian. Bandung.
Rudi, 1996. Peningkatan Resistensi
Tanaman Lada Melalui Hibridisasi. Laporan
Teknis Penelitian, Bagian
Proyek Tanaman Rempah Dan Obat. II: 113-134.
Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor
Wawan, 2002. Teknik Kastrasi Pada Persilangan Buatan Tanaman Lada Secara
Konvensional. Buletin Teknik
Pertanian 7.
Sujiprihati, S., M. Syukur, dan R. Yunianti. 2010. Teknik Persilangan
Buatan.
http://
muhsyukur.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/TEKNIK-ERSILANGAN-
BUATAN.pdf[27 Februari 2011]