LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
SURVEY TANAH DAN EVALUASI
LAHAN
Oleh
:
SIAMRUN
D1B1 12 037
Di Ajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Praktikum Survei Tanah dan
Evaluasi Lahan
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2015
LEMBAR
PENGESAHAN
Judul
|
:
|
Laporan Lengkap Praktikum Survey Tanah Dan Evaluasi Lahan
|
Nama
|
:
|
Siamrun
|
NIM
|
:
|
D1B1 12 037
|
Jurusan/Kelas
|
:
|
Agroteknologi/Ganjil
|
Fakultas
|
:
|
Pertanian
|
Kendari, 2015
Menyetujui,
Asisten
Irfandi
Arya Brata
D1B1 11 014
|
Mengetahui,
Penanggung Jawab Mata Kuliah Penanggung Jawab Praktikum
Survey
Tanah dan Evaluasi Lahan
Survey Tanah dan Evaluasi Lahan
Dr. H.
Hasbullah Syaf, S.P., M.Si.Syamsu Alam, S.P.,M.Sc.
NIP. 19721201 199903 1 001 NIP. 198000613
200604 1 001
Hari/Tanggal/pengesahan:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di
Kolono 1 Oktober 1994. Anak ke
empat dari lima bersaudara dari pasangan Habasia dan Hanaria, Alamat Jl. HEA.
Mokodompit Kampus Baru Kendari, Lorong Anawai. Penulis lulus Pendidikan
Sekolah Dasar pada tahun 2006 di SDN 1 Wworano, pada tahun 2009 dinyatakan lulus dari pendidikan Sekolah Menengah
Pertama di SMP Negeri 3 Kolono dan pada tahun 2012 menyelesaikan pendidikan
Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1
Kolono. Saat ini penulis merupakan mahasiswa S1 di Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian ,Universitas Haluoleo, Kendari.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan
praktikum dan penyusunan Laporan Lengkap Praktikum Survey Tanah Dan Evaluasi Lahan dengan
baik.Laporan ini disusun berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan yang telah
dilakukan di
lapangan dan dibahas dengan didukung oleh literatur-literatur
pendukung yang relevan dengan percobaan yang dilakukan.
Penulis menyadari bahwa
penulisan laporan ini, masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang besifat membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan
penyusunan laporan
selanjutnya. Proses penyusunan laporan lengkap ini melibatkan
berbagai pihak, oleh karena itu sudah sepantasnya penulis dengan segala kerendahan dan
keikhlasan hati mengucapkan banyak terima kasih.
Akhir kata, penulis
berharap agarLaporan Lengkap Praktikum Survey Tanah Dan Evaluasi Lahan Pertanian ini
dapat berguna bagi para pembaca dalam menambah pengetahuan, khususnya mahasiswa
pertanian.
Kendari, Mei
2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP............................................................................................ iv
KATA PENGANTAR....................................................................................... v
DAFTAR ISI....................................................................................................... vi
I.
PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Tujuan dan Kegunaan............................................................................. 2
II.
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 3
A. Defenisi Tanah dan Lahan...................................................................... 3
B.
Survei
Tanah dan Evaluasi Lahan .......................................................... 4
C. Evaluasi Kesesuaian
Lahan..................................................................... 5
D. Karekteristik dan Kulitas Lahan............................................................. 7
III. METODE PRAKTIKUM........................................................................... 10
A.
Tempat
dan Waktu Praktikum................................................................ 10
B. Bahan dan Alat....................................................................................... 10
C.
Prosedur Penelitian................................................................................. 10
1.
Tahap
Persiapan............................................................................... 10
2.
Tahap
Operasi Lapangan.................................................................. 11
a.
Pengamatan
pemboran.............................................................. 11
b.
Pembuatan
Satuan Peta Tanah.................................................. 11
c.
Pengamatan
Profil Tanah.......................................................... 11
D. Analisis Data........................................................................................... 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil......................................................................................................... 13
1. Gambaran Umum Wilayah................................................................. 13
2. Kaarakteristik Fisik dan
morfologi Tanah.......................................... 14
B. Hasil...........................................................................................................20
1. Kemampuan dan Kesesuaian Lahan...................................................20
2.
Rekomendasi Konservasi Tanah.........................................................23
V.
PENUTUP.......................................................................................................27
A. Kesimpulan...............................................................................................28
B. Saran..........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Survei
tanah adalah metode atau cara mengumpulkan data dengan turun langsung
kelapangan. Data yang diperoleh berupa data fisik, kimia, biologi, lingkungan,
dan iklim. Kegiatan survei terdiri dari kegiatan dilapangan, analisis
dilaboratorium, mengklasifikasikan tanah kedalam sistem taksonomi atau system
klasifikasi tanah, melakukan pemetaan tanah atau interpretasi atau penafsiran
dari survei tanah dan ahli teknologi pertanian. Survei sangat diperlukan dalam proses dalam berbagai
penelitian, terutama dalam proses yang dilakukan dilapangan seperti survei
pendahuluan dalam penelitian tanah ini. Oleh karena itu penyajian mengenai
berbagai hal tentang survei perlu dibahas dan diketahui lebih lanjut, terdapat
berbagai macam hal yang perlu dibahas dan diketahui dalam survei pendahuluan
untuk memudahkan dalam proses lanjutan nanti.
Evaluasi lahan
merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk penggunaan tertentu.
Evaluasi lahan tidak terlepas dari kegiatan survei tanah. Sedangkan survei
tanah dilakukan untuk mengetahui penyebaran jenis tanah dan menentukan
potensinya untuk berbagai alternatif penggunaan lahan. Tujuan survei tanah
adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah yang
sama atau hampir sama sifatnya. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau
arahan penggunaan lahan yang diperlukan, dan akhirnya nilai harapan produksi
yang kemungkinan akan diperoleh.
Beberapa sistem evaluasi lahan yang telah banyak dikembangkan dengan
menggunakan berbagai pendekatan, yaitu ada yang dengan sistem perkalian
parameter, penjumlahan, dan sistem matching atau mencocokkan antara kualitas
dan sifat-sifat lahan (Land Qualities/Land Characteritics) dengan kriteria
kelas kesesuaian lahan yang disusun berdasarkan persyaratan tumbuh komoditas pertanian
yang berbasis lahan.
B.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk
mengetahui tingkat kesesuai lahan dan jenis penggunaannya pada kebun percobaan
II Universitas Halu oleo.
Kegunaan dari praktikum ini yaitu agar dapat
mengetahui tingkat kesesuai lahan dan jenis penggunaannya pada kebun percobaan
II Universitas Halu oleo.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi Tanah dan Lahan
Tanah sebagai akumulasi tubuh alam bebas yang menduduki sebagian besar
permukaan bumi, mampu menumbuhkan tanaman karena memiliki sifat-sifat sebagai
akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam
keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Sutanto, 2005).
Tanah adalah lapisan permukaan bumi (natural body) yang berasal
dari bebatuan (natural material) yang telah mengalami serangkaian pelapukan
oleh gaya-gaya alam (natural force), sehingga membentuk regolit (lapisan
berpartikel halus) (Hanafiah, 2010).
Tanah adalah kumpulan benda alam dipermukaan bumi
terbentu dari mineral-mineral dan bahan-bahan organic, mengandung benda-benda
hidup dengan gejala-gejala serta dapat mendukung kehidupan tumbuhan-tumbuhan di
lapangn.selanjutnyadisebutan bahwa devenisi tanah. ini berarti tanah yang yang
diklasifikasikan bukkanlah hanya bagian tanah yang memiliki horizon-horizon
atau solumtanahnnyasaja,tetapi juga bagian tanah dibawah solum asalkan
gejala-gejala kehidupan masih ditemukan (Hanafiah, 2010).
Lahan adalah bagian dari bentang
alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk
iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi
alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan
berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO 1976 dalam Niin 2010).
Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu
yang meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi
tanaman dan hewan serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan sekarang, sampai
pada tingkat tertentu dengan sifat-sifat tersebut mempunyai pengaruh yang
berarti terhadap fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masa yang
akan datang. (FAO dalam Sitorus, 2004).
B.
Survey Tanah dan
Evaluasi Lahan
Survey merupakan pekerjaan pengumpulan data fisika, kimia
di lapangan maupun data analisis di laboratorium dengan tujuan pendugaan
penggunaan lahan tepat secara umum maupun khusus. Suatu tanah memiliki kegunaan
jika tepat pemetaannya, tepat mencari lokasi yang di survey dan didukung oleh
peta dasar yang baik, tepat dalam mendeskripsikan profil dalam menetapkan sifat
morfologinya, teliti dalam pengambilan contoh tanah dan benar dalam menganalisa
dilaboratorium (Abdullah, 2003).
Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman
(Performance) lahan jika dipergunakan u Evaluasi lahan merupakan suatu upaya
penafsiran penampilan lahan bila digunakan untuk suatu peruntukkan atau
penggunaan tertentu. Dengan demikian evluasi lahan dapat menyajikan dasar-dasar
rasional dalam pengambilan keputusan penggunaan lahan yang didasari atas
analisis hubungan antara lahan dan penggunaan lahan, selanjutnya dikemukakan
bahwa evaluasi lahan dimaksudkan untuk menyajikan suatu dasar atau kerangka
rasional dalam pengambilan keputusan penggunaan lahan dengan karakteristik
lahan itu sendiri dan membersikan perkiraan masukan yang diperlukan dan
proyeksi luaran yang diharapkan. Karakteristik dan kualitas lahan mempengaruhi
kesesuaian lahan yang selanjutnya akan tergantung dari kenyataan yang ada
apakah sejumlah karakteristik/kualitas lahan optimal, marginal atau sesuai (Lopulisa dan Husni,
2011).
Fungsi evaluasi sumberdaya
lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan-hubungan antara kondisi
lahan dan penggunannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan
dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil. Dengan
demikian manfaat yang mendasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk
menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi
konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan (Madjid, 2009).
Faktor tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan
ditentukan oleh beberapa sifat atau karakteristik tanah di antaranya drainase
tanah, tekstur, kedalaman tanah dan retensi hara (pH, KTK), serta beberapa
sifat lainnya diantaranya alkalinitas, bahaya erosi, dan banjir/genangan (Sartohadi, 2012).
C.
Evaluasi Kesesuaian Lahan
Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna lahan.
Inti evaluasi adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe
penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan
yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini, maka akan
diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaian/kemampuan lahan untuk tipe
penggunaan lahan tersebut (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
Kesesuaian lahan adalah
kecocokan macam penggunaan lahan pada tipe lahan tertentu. Kelas kesesuaian
lahan suatu areal dapat berbeda-beda tergantung pada kecocokan potensi lahan
terhadap kebutuhan macam penggunaan lahan tertentu. Evaluasi kesesuaia lahan
adalah penilaian kecocokan tipe lahan terhadap penggunaan lahan speifik,
seperti penggunaan lahan untuk tanman jagung, padi, kopi, cengkeh, tempat
rekreasi pantai alam/hutan/budaya pemukiman, peternakan dan sebagainya.
Kesesuaian setiap macam penggunaan lahan dinilai, diklasifikasikan, dan
disajikan untuk dapat dimanfaatkan oleh pengguna lahan. Pada hakekatnya
evaluasi kesesuaian lahan merupakan evauai kecocokan potensi tipe lahan
terhadap kebutuhan penggunaan lahan. Evaluasi kesesuaian lahan harus
dilaksanakan secara menyeluruh (holistik), sesuai dengan prinsip dan tujuan
evaluasi lahan (Mahi, 2005)
Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat
biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan
masukanmasukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut
berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh
tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian
lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang
dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif,
atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih
memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman
yang lebih sesuai (Sinukaban, 2005).
Kesesuaian lahan untuk
penggunaan tertentu biasanya dievaluasi dengan menggunakan karakteristik lahan
atau kualitas lahan. Karakteristik lahan merupakan kelengkapan lahan itu
sendiri, yang dapat dihitung atau diperkirakan seperti curah hujan, tekstur
tanah dan ketersediaan air, sedangkan kualitas lahan lebih merupakan sifat
tanah yang lebih kompleks, seperti kesesuaian kelembaban tanah, ketahanan
terhadap erosi dan bahaya banjir (Ritung, 2007).
Untuk menyusun arahan penggunaan lahan dari berbagai alternatif
komoditas yang sesuai, perlu dipertimbangkan prioritas daerah dan penggunaan
lahan aktual. Dalam penyusunan kesesuaian lahan terpilih ini, untuk kelompok
tanaman pangan dan sayuran, hanya lahan-lahan yang termasuk kelas Sesuai (kelas
S1 dan S2) saja yang dipertimbangkan, sedangkan untuk tanaman perkebunan dan
tanaman buah-buahan, selain lahan yang termasuk kelas Sesuai (S1 dan S2), juga
ditambah dengan lahan yang termasuk kelas Sesuai Marginal (kelas S3) (Ritung,
2007).
D.
Karakteristik dan
Kualitas Lahan
Karakteristik lahan merupakan sifat lahan yang dapat diukur atau
diestimasi. Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei
atau pemetaan sumber daya lahan, karakteristik lahan dapat dirinci dan
diuraikan yang mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanahnya. Data tersebut
dapat digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas
tertentu. Karakteristik lahan yang digunakan adalah temperatur udara, curah
hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar,
kedalaman tanah, ketebalan gambut, kematangan gambut, kapasitas tukar kation
liat, kejenuhan basa, pH H2O, C-organik, salinitas, alkalinitas, kedalaman
bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, bahaya di permukaan, dan
singkapan batuan (Djaenudin dkk., 2003).
Karakteristik lahan yang merupakan gabungan dari sifat-sifat lahan dan
lingkungannya diperoleh dari data yang tertera pada legenda peta tanah dan
uraiannya, peta/data iklim dan peta topografi/elevasi. Karakteristik lahan
diuraikan pada setiap satuan peta tanah (SPT) dari peta tanah, yang meliputi:
bentuk wilayah/lereng, drainase tanah, kedalaman tanah, tekstur tanah (lapisan
atas 0-30 cm, dan lapisan bawah 30-50 cm), pH tanah, KTK liat, salinitas,
kandungan pirit, banjir/genangan dan singkapan permukaan (singkapan batuan di
permukaan tanah). Data iklim terdiri dari curah hujan rata-rata tahunan dan
jumlah bulan kering, serta suhu udara diperoleh dari stasiun pengamat iklim
(Lihawa, 2011).
Karakteristik lahan yang merupakan gabungan dari sifat-sifat lahan dan
lingkungannya diperoleh dari data yang tertera pada legenda peta tanah dan
uraiannya, peta/data iklim dan peta topografi/elevasi. Karakteristik lahan
diuraikan pada setiap satuan peta tanah (SPT) dari peta tanah, yang meliputi:
bentuk wilayah/lereng, drainase tanah, kedalaman tanah, tekstur tanah (lapisan
atas 0-30 cm, dan lapisan bawah 30-50 cm), pH tanah, KTK liat, salinitas,
kandungan pirit, banjir/genangan dan singkapan permukaan (singkapan batuan di
permukaan tanah). Data iklim terdiri dari curah hujan rata-rata tahunan dan
jumlah bulan kering, serta suhu udara diperoleh dari stasiun pengamat iklim.
Data iklim juga dapat diperoleh dari peta iklim yang sudah tersedia, misalnya
peta pola curah hujan, peta zona agroklimat atau peta isohyet. Peta-peta iklim
tersebut biasanya disajikan dalam skala kecil, sehingga perlu lebih cermat
dalam penggunaannya untuk pemetaan atau evaluasi lahan skala yang lebih besar,
misalnya skala semi detail (1:25.000-1:50.000) (Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, 2010).
Setelah data karakteristik lahan tersedia,
maka proses selanjutnya adalah evaluasi lahan yang dilakukan dengan cara
matching (mencocokan) antara karakteristik lahan pada setiap satuan peta tanah
(SPT) dengan persyaratan tumbuh/penggunaan lahan. Istilah pembandingan (matching)
digunakan untuk menguraikan proses dimana persyaratan yang diperlukan untuk
suatu penggunaan lahan dibandingkan dengan kondisi lahan untuk menduga keragaan
penggunaan lahan. Pembandingan antara persyaratan pertumbuhan tanaman atau
persyaratan dari suatu tipe pengguna lahan (TPL) dan kualitas lahan (SPL) akan
menghasilkan kelas kesesuaian lahan beserta faktor pembatasnya. Diantara
berbagai TPL tersebut dapat diketahui mana yang lebih sesuai (mana yang paling
memberikan keuntungan yang lebih besar) untuk setiap SPL di daerah yang
disurvei (Sinukaban, 2005).
III.
METODE PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu
Praktikum
ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Lahan I dan lahan II Fakultas Pertanian
Universitas Halu Oleo, pada Bulan Maret sampai Mei 2015.
B. Bahan dan Alat
Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah air dan sampel tanah yang diambil
dari lokasi praktikum.
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah kompas, parang, meteran kain,
meteran, bor tanah, kertas label, kantong plastic, karet gelang, cangkul,
parang, kamera, spidol, buku Munshell dan alat tulis menulis.
C. Prosedur Praktikum
Prosedur
kerja dalam praktikum survey tanah dan evaluasi lahan ini, yaitu :
1. Tahap Persiapan
Pada
tahap persiapan ini yaitu konsultasi atau sistensi kepada asisten pembimbing,
persiapan seluruh alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum. Pada tahap
ini dilakukan penembakan dan pengukuran derajat tingkat kelurusan pada areal
lahan 1 dan lahan 2 dengan menggunakan kompas. Selanjutnya pembuatan peta kerja
untuk menentukan titik-titik pemboran dengan skala 1 : 2000.
2. Tahap Operasi Lapang
a.
Pengamatan
Pemboran
Dengan menggunakan metode Grid dilakukan
pengambilan sampel dengan cara pengeboran hingga pada kedalaman 0-100 cm di
areal lahan 1 dan lahan 2. Berdasarkan hasil pengeboran tersebut dilakukan
pengamatan kedalaman tanah, lapisan tanah dan sifat fisik tanah pada setiap
lapisan tanah yang meliputi : tekstur tanah, panjang dan kemiringan lereng,
drainase tanah, kedalaman tanah, vegetasi dominan, bahaya banjir/genangan,
batuan permukaan dan singkapan batuan.
b. Pembuatan Satuan Peta Tanah (SPT)
Data yang telah diperoleh dari pengamatan
sifat fisik hasil pengeboran dikumpulkan untuk membuat satuan peta tanah (SPT)
dengan skala peta 1 : 2000. Sebelum pembuatan SPT dilakukan pembuatan peta
warna, peta tekstur, petalapisan tanah, peta drainase, peta vegetasi, dan peta
lereng.Pada setiap peta yang terdapat pada saat pengamatan. Setelah semua peta
tersebut selesai dibuat, setiap jenis peta tersebut dilakukan overlay sehingga
menghasilkan Satuan Peta Tanah (SPT).
c. Pengamatan Profil Tanah
Pembuatan
profil tanah ini dilakukan pada setiap SPT dengan ukuran 1,5 m x 1,5 m.
Kedalaman profil tanah tidak merata tergantung kedalaman bahan induk yang
terdapat dalam tanah. Dilakukan pengamatan profil tanah mulai dari data
eksternal maupun internal profil. Data eksternal profil meliputi penggunaan
lahan, jenis vegetasi, bahan induk, relief makro, relief mikro, lereng, bentuk
lereng, drainase tanah, singkapan batuan, jenis tanah sementara dan kesesuaian
lahan sementara. Data internal meliputi lapisan tanah, symbol lapisan,
topografi lapisan, batas lapisan, warna (matriks dan karatan), tekstur,
struktur, konsistensi (basah, lembab dan kering), pori tanah (ukuran dan
jumlah) dan akar tanaman (ukuran dan jumlah).
D. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam praktikum ini
adalah menggunakan metode pencocokan(Matching)
antara karakteristik lahan dengan syarat tumbuh tanaman yang akan
menghasilkan kelas kesesuaian lahan beserta factor pembatasnya.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
1.
Gambaran
Umun Wilayah
a.
Keadaan
Geografi
Daerah praktikum terletak dalam lingkungan kampus Universitas
Halu Oleo Kelurahan Kambu Kecamatan Kambu Kota Kendari. Secara administratif kebun percobaan berbatasan :
·
Di sebelah Utara dengan Perumahan Dosen
·
Di sebelah Timur dengan Sekolah Dasar 13 Poasia
·
Di sebelah Selatan dengan Rawa
·
Di sebelah Barat dengan Gedung Fakultas Pertanian
dan Hutan Kampus
Secara geografis daerah praktikum terletak disebelah selatan
garis katulistiwa berada diantara 3o 59’ 55” – 4o 5’ 25”
LS dan 122o 30’ 39” – 122o 33’ 41” BT. Letak kebun
percobaan ini berada dalam lingkungan kampus Universitas Halu Oleo.
b.
Keadaan
Iklim
Seperti halnya daerah lain sebagian besar wilayah Indonesia, daerah
praktikum dikenal dua musim yaitu kemarau dan musim hujan. Menutut data yang
ada bahwa di Kecamatan Kambu tahun 2013 terjadi 166 hari hujan dengan curah
hujan 2.619 mm. dengan tekanan udara rata-rata 1.011,4 milibar dengan
kelembaban udara rata-rata 83,08 %. Kecepatan angin di Kecamatan Kambu selama tahun 2013 pada umumnya
berjalan normal mencapai 19,85 knot.
c.
Keadaan
Topografi dan Bentuk Wilayah
Berdasarkan hasil survei lapangan, fisiografi lokasi praktikum terbagi
dalam dua kelompok yaitu perbukitan dan daratan. Bentuk wilayah di lokasi
praktikum cukup bervariasi dari wilayah datar, berombak, bergelombang hingga
berbukit.
d.
Keadaan
Vegetasi dan Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan dilokasi praktikum terdiri atas bangunan fasilitas
kampus, rawa dan penggunaan alami berupa
hutan, kebun campuran, vegetasi terbuka berupa padang rumput dan alang-alang
serta vegetasi tertutup berupa semak belukar dan hutan sekunder. Jenis vegetasi
yang umum ditemukan selama praktikum berlangsung anatara lain alang-alang (Imperata cylindrica), komba-komba, bambu,
paku-pakuan, rumput-rumputan, serta jenis vegetasi yang banyak tumbuh didaerah
hutan tropis kering Sulawesi tenggara.
2.
Karekteristik
Fisik dan Morfologi Tanah
Karakteristik fisik dan morfologi tanah yang diamati pada setiap unit
lahan (UL) di wilayah praktikum adalah tekstur, drainase, kedalaman tanah,
batuan permukaan, lereng, tingkat bahaya erosi, dan tingkat bahaya banjir.
Hasil pengamatan karakteristik fisik dan morfologi tanah secara lengkap
disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik fisik dan
morfologi tanah Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.
Tabel 1.1 Karakteristik Fisik dan
Morfologi Tanah
SPT
|
Karakteristik Fisik dan Morfologi Tanah
|
Luas
|
||||||
Tekstur
|
Drainase
|
Kedalaman
Tanah
|
Erosi
|
Batuan
Permukaan
|
Bahaya
Banjir
|
Lereng %
|
||
1
|
Agak halus
|
Agak
baik
|
Dalam
|
Sangat rendah
|
Tidak ada
|
Fo
|
0-3
|
17,93
|
2
|
Agak halus
|
Terhambat
|
Dalam
|
Sangat rendah
|
Tidak ada
|
Fo
|
0-3
|
3,57
|
3
|
Agak halus
|
Baik
|
Dalam
|
Sangat rendah
|
Tidak ada
|
Fo
|
0-3
|
10,084
|
4
|
Agak halus
|
Cepat, agak baik
|
Dalam
|
Sedang
|
Tidak ada
|
Fo
|
8-15
|
17,93
|
5
|
Agak halus
|
Sedang dan baik
|
Dalam
|
sangat rendah
|
Tidak ada
|
Fo
|
8-15
|
16,95
|
6
|
Agak halus
|
Sedang dan baik
|
Sedang
|
Rendah
|
Tidak ada
|
Fo
|
3-8
|
8,96
|
7
|
Agak halus
|
Terhambat
|
Dalam
|
Rendah
|
Tidak ada
|
Fo
|
3-8
|
3,36
|
8
|
Rawa
|
Rawa
|
Rawa
|
Rawa
|
Rawa
|
Rawa
|
Rawa
|
21,29
|
9
|
Agak halus
|
Agak baik
|
Dalam
|
Rendah
|
Tidak ada
|
Fo
|
3-8
|
10,084
|
10
|
Agak halus
|
Sedang dan baik
|
Dalam
|
Sangat rendah
|
Tidak ada
|
Fo
|
0-3
|
0,96
|
11
|
Agak halus
|
Terhambat
|
Dalam
|
Sangat rendah
|
Tidak ada
|
Fo
|
0-3
|
7,84
|
12
|
Agak halus
|
Baik
|
Sedang dan dalam
|
Sangat rendah
|
Tidak ada
|
Fo
|
0-3
|
41,46
|
13
|
Agak halus
|
Baik
|
Sedang dan dalam
|
Sangat rendah
|
Tidak ada
|
Fo
|
0-3
|
12,32
|
Tabel 2. Hasil evaluasi kesesuaian lahan aktual kebun
percobaan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo .
SPT 1
Tanaman
|
Kesesuaian Lahan
|
||
Aktual
|
Usaha Perbaikan
|
Potensial
|
|
Bawang Merah
|
S2wa,rc
|
Pembuatan tampungan air (sumur)
|
S2rc
|
Padi Sawah
|
S2wa
|
Pembuatan irigasi
|
S2wa
|
Cengkeh
|
S2wa
|
Pengolahan Tanah
|
S1
|
Kenanga
|
S2tc,wa
|
Pembuatan tampungan air (sumur),
|
S2rc
|
SPT 2
Tanaman
|
Kesesuaian Lahan
|
||
Aktual
|
Usaha Perbaikan
|
Potensial
|
|
Bawang Merah
|
S2wa,rc
|
Pembuatan
tampungan air (sumur)
|
S2rc
|
Padi Sawah
|
S2wa
|
Pembuatan
tampungan air (sumur)
|
S1
|
Cengkeh
|
S2wa
|
Pembuatan
tampungan air (sumur)
|
S1
|
Kenanga
|
S2tc,wa,oa
|
Pembuatan
saluran drainase
|
S2tc,wa
|
SPT 3
Tanaman
|
Kesesuaian Lahan
|
||
Aktual
|
Usaha Perbaikan
|
Potensial
|
|
Bawang Merah
|
S3oa
|
Pembuatan
saluran drainase
|
S2
|
Padi Sawah
|
N
|
Tidak dapat dilakukan
perbaikan
|
N
|
Cengkeh
|
S3oa,fh
|
Pembuatan saluran
drainase
|
S2
|
Kenanga
|
S3oa,fh
|
Pembuatan saluran
drainase
|
S2
|
SPT 4
Tanaman
|
Kesesuaian Lahan
|
||
Aktual
|
Usaha Perbaikan
|
Potensial
|
|
Bawang Merah
|
S3rc
|
Pengolahan Tanah
|
S2
|
Padi Sawah
|
S2wa,rc
|
Pengolahan Tanah
|
S2wa
|
Cengkeh
|
S2wa,rc
|
Pembuatan
tampungan air (sumur), Pengolahan Tanah
|
S1
|
Kenanga
|
S2tc,wa,rc
|
Tidak
dapat dilakukan perbaikan
|
S2tc,wa
|
SPT 5
Tanaman
|
Kesesuaian Lahan
|
||
Aktual
|
Usaha Perbaikan
|
Potensial
|
|
Bawang Merah
|
S2wa,rc
|
Pembuatan tampungan air (sumur)
|
S2rc
|
Padi Sawah
|
S2wa
|
Tidak
dapat dilakukan perbaikan
|
S2wa
|
Cengkeh
|
S2wa
|
Pembuatan
tampungan air (sumur)
|
S1
|
Kenanga
|
S2tc,wa
|
Pembuatan tampungan
air (sumur)
|
S2rc
|
SPT 6
Tanaman
|
Kesesuaian Lahan
|
||
Aktual
|
Usaha Perbaikan
|
Potensial
|
|
Bawang Merah
|
S3rc
|
Tidak dapat dilakukan
perbaikan
|
S3rc
|
Padi Sawah
|
S3rc
|
Tidak dapat dilakukan
perbaikan
|
S3rc
|
Cengkeh
|
S3rc
|
Tidak dapat dilakukan
perbaikan
|
S3rc
|
Kenanga
|
S2tc,wa,rc
|
Tidak dapat dilakukan
perbaikan
|
S2tc,wa,rc
|
Bawang Merah
|
S2tc,wa,rc
|
Tidak dapat dilakukan
perbaikan
|
S2tc,wa,rc
|
SPT 7
Tanaman
|
Kesesuaian Lahan
|
||
Aktual
|
Usaha Perbaikan
|
Potensial
|
|
Bawang Merah
|
S3rc
|
Pengolahan Tanah
|
S2
|
Padi Sawah
|
S2wa,rc
|
Pengolahan Tanah
|
S2wa
|
Cengkeh
|
S2wa,rc
|
Pembuatan
tampungan air (sumur), Pengolahan Tanah
|
S1
|
Kenanga
|
S2tc,wa,rc
|
Pengolahan Tanah
|
S2tc,wa
|
SPT 8
Tanaman
|
Kesesuaian Lahan
|
||
Aktual
|
Usaha Perbaikan
|
Potensial
|
|
Bawang Merah
|
S2wa,rc
|
Pembuatan tampungan air (sumur)
|
S2rc
|
Padi Sawah
|
S2wa
|
Tidak
dapat dilakukan perbaikan
|
S2wa
|
Cengkeh
|
S2wa
|
Pembuatan
tampungan air (sumur)
|
S1
|
Kenanga
|
S2tc,wa
|
Pembuatan
tampungan air (sumur)
|
S2rc
|
SPT 9
Tanaman
|
Kesesuaian Lahan
|
||
Aktual
|
Usaha Perbaikan
|
Potensial
|
|
Bawang Merah
|
S3rc
|
Pengolahan Tanah
|
S2
|
Padi Sawah
|
S2wa,rc
|
Pengolahan Tanah
|
S2wa
|
Cengkeh
|
S2wa,rc
|
Pembuatan
tampungan air (sumur), Pengolahan Tanah
|
S1
|
Kenanga
|
S2tc,wa,rc
|
Pengolahan Tanah
|
S2tc,wa
|
SPT 10
Tanaman
|
Kesesuaian Lahan
|
||
Aktual
|
Usaha Perbaikan
|
Potensial
|
|
Bawang Merah
|
S3rc
|
Pengolahan Tanah
|
S2
|
Padi Sawah
|
S2wa,rc
|
Pengolahan Tanah
|
S2wa
|
Cengkeh
|
S2wa,rc
|
Pembuatan
tampungan air (sumur), Pengolahan Tanah
|
S1
|
Kenanga
|
S2tc,wa,rc
|
Pengolahan Tanah
|
S2tc,wa
|
SPT 11
Tanaman
|
Kesesuaian Lahan
|
||
Aktual
|
Usaha Perbaikan
|
Potensial
|
|
Bawang Merah
|
S3rc
|
Pengolahan Tanah
|
S2
|
Padi Sawah
|
S2wa,rc
|
Pengolahan Tanah
|
S2wa
|
Cengkeh
|
S2wa,rc
|
Pembuatan
tampungan air (sumur), Pengolahan Tanah
|
S1
|
Kenanga
|
S2tc,wa,rc
|
Pengolahan Tanah
|
S2tc,wa
|
SPT 12
Tanaman
|
Kesesuaian Lahan
|
||
Aktual
|
Usaha Perbaikan
|
Potensial
|
|
Bawang Merah
|
S3rc
|
Pengolahan Tanah
|
S2
|
Padi Sawah
|
S2wa,rc
|
Pengolahan Tanah
|
S2wa
|
Cengkeh
|
S2wa,rc
|
Pembuatan
tampungan air (sumur), Pengolahan Tanah
|
S1
|
Kenanga
|
S2tc,wa,rc
|
Pengolahan Tanah
|
S2tc,wa
|
SPT 13
Tanaman
|
Kesesuaian Lahan
|
||
Aktual
|
Usaha Perbaikan
|
Potensial
|
|
Bawang Merah
|
S2wa,rc,eh
|
Pembuatan tampungan air (sumur)
|
S2rc,eh
|
Padi Sawah
|
S2wa,eh
|
Pembuatan
parit
|
S2wa,eh
|
Cengkeh
|
S2wa,eh
|
Pembuatan
tampungan air (sumur)
|
S2eh
|
Kenanga
|
S2tc,wa,eh
|
Pembuatan
tampungan air (sumur)
|
S2tc,wa,eh
|
SPT 14
Tanaman
|
Kesesuaian Lahan
|
||
Aktual
|
Usaha Perbaikan
|
Potensial
|
|
Bawang Merah
|
S3oa,fh
|
Pembuatan
saluran drainase
|
S2
|
Padi Sawah
|
N
|
Tidak dapat dilakukan
perbaikan
|
N
|
Cengkeh
|
S3oa,fh
|
Pembuatan saluran
drainase
|
S2
|
Kenanga
|
S3oa,fh
|
Pembuatan saluran
drainase
|
S2
|
B. Pembahasan
1.
Kemampuan dan Kesesuaian Lahan
Klasifikasi kesesuain pada lahan
I dan lahan II, dimana kesesuaian lahan telah ditetapkan kelas-kelas agar
memudahkan dalam proses penilaian dan penentuan kesesuaian tanaman yang tepat
pada penggunaan lahan. Dimana kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam
tingkat ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing
skala pemetaan, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi: (1) Untuk pemetaan
tingkat semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang
tergolong ordo sesuai (S) dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat
sesuai (S1), cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang
tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan ke dalam kelas-kelas. (2) Untuk
pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas
dibedakan atas Kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).
Hasil
analisis kemampuan lahan untuk bawang merah pada SPT I, II, III, V, XI, XIII
dan yaitu termasuk dalam tingkat
kemampuan lahan kelas II. Lahan ini juga cukup sesuai dengan faktor pembatas
curah hujan dan usaha perbaikan pembuatan tumpangan air (sumur).
Hasil
analisis kemampuan lahan untuk bawang merah pada SPT III, IV, VI, VII, IX,X,
XI, XII dan XIV yaitu termasuk dalam tingkat kemampuan lahan kelas III dengan
faktor pembatas drainase yang terhambat. Usaha perbaikan yang dilakukan untuk
mengatasi faktor pembatas utama pada SPT III, IV, VI, VII, IX, X, XI, XII dan
XIV untuk bawang merah menaikkan satu kelas dari subkelas kesesuaian lahan aktual
S3oa menjadi subkelas kesesuaian lahan potensial S2oa dengan pembuatan parit.
Hasil
evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah pada SPT I, II, III, IV, V, VII,
VIII IX, X, XI,XII dan XIII termasuk tingkat kemampuan lahan kelas II dengan
faktor pembatas S2 yang berarti batas ambang sesuai dengan faktor pembatas
utama ketersediaan air yang berupa curah hujan dan ketersediaan oksigen yang
berupa drainase. Usaha perbaikan untuk curah hujan sangat sulit untuk
dilakukan. Sedangkan untuk S2 (oa) dapat ditingkatkan dari aktual menjadi
potensial S1 (oa) dengan pembuatan parit.
Hasil
analisis kemampuan lahan untuk padi sawah pada SPT VI
yaitu termasuk dalam tingkat kemampuan lahan kelas III dengan faktor pembatas lereng bergelombang dan tingkat erosi agak rendah. Sedangkan hasil analisis kesesuaian lahan untuk padi sawah pada SPT III berarti batas ambang sesuai dengan faktor pembatas utama ketersediaan oksigen yang berupa drainase dan retensi hara yang berupa pH H2O. Usaha perbaikan yang dilakukan untuk mengatasi faktor pembatas utama pada SPT III untuk padi sawah yaitu menaikkan satu kelas dari subkelas kesesuaian lahan aktual S3oa1, nr3 menjadi subkelas kesesuaian lahan potensial S2oa1, nr3 dengan pembuatan parit dan
pemberian seresah (mulsa).
yaitu termasuk dalam tingkat kemampuan lahan kelas III dengan faktor pembatas lereng bergelombang dan tingkat erosi agak rendah. Sedangkan hasil analisis kesesuaian lahan untuk padi sawah pada SPT III berarti batas ambang sesuai dengan faktor pembatas utama ketersediaan oksigen yang berupa drainase dan retensi hara yang berupa pH H2O. Usaha perbaikan yang dilakukan untuk mengatasi faktor pembatas utama pada SPT III untuk padi sawah yaitu menaikkan satu kelas dari subkelas kesesuaian lahan aktual S3oa1, nr3 menjadi subkelas kesesuaian lahan potensial S2oa1, nr3 dengan pembuatan parit dan
pemberian seresah (mulsa).
Hasil analisis
kemampuan lahan untuk tanaman padi sawah pada SPT III dan XIV memiliki tingkat
kesesuaian lahan yaitu N (wa) yang berarti usaha perbaikan untuk meningkatkan
dari aktual ke potensial sangat sulit untuk dilakukan. SPT III dan XIV tidak
sesuai untuk tanaman padi.
Hasil
analisis kemampuan lahan untuk cengkeh pada SPT I, II, IV,V, VII, VIII, IX, X,
XI, XII dan XIII yaitu termasuk dalam tingkat kemampuan lahan kelas II dengan
faktor pembatas lereng berombak dan tingkat erosi rendah. Usaha perbaikan yang dilakukan
untuk mengatasi faktor pembatas utama pada I, II, IV, V, VII, VIII, IX, X, XI,
XII dan XIII untuk cengkeh yaitu menaikkan satu kelas dari subkelas kesesuaian
lahan aktual dengan pengolahan tanah.
Hasil
analisis kemampuan lahan untuk cengkeh pada SPT VIdan XIVyaitu termasuk dalam
tingkat kemampuan lahan kelas III dengan faktorpembatas lereng berombak dan
tingkat erosi rendah. Usaha perbaikan yang dilakukan untuk mengatasi faktor
pembatas utama pada SPT VI dan XIV untuk cengkeh yaitu menaikkan satu kelas
dari subkelas kesesuaian lahan aktual menjadi subkelas kesesuaian lahan
potensial dengan memperhatikan masa tanam, pembuatan parit, pendataran,
pemberian seresah (mulsa) dan pengapuran, serta teras bangku. Hasil analisis
kemampuan lahan untuk cengkeh pada SPT VI dan XIV yaitu termasuk dalam kelas
kemampuan lahan IV dengan faktor pembatas lereng bergelombang dan tingkat erosi
sedang.
Hasil
analisis kemampuan lahan untuk kenangapada
SPT I, II, IV, V VII, VIII, IX, X, XI, XII, dan XIIIyaitu termasuk dalam
tingkat kemampuan lahan kelas II dengan faktor pembatas lereng bergelombang dan
tingkat erosi sedang. Sedangkan hasil analisis kesesuaian lahan untuk kenanga
pada SPT VII batas ambang sesuai yang berupa ketersediaan oksigen yang berupa
drainase, media perakaran yang berupa kedalaman tanah. Usaha perbaikan yang
dilakukan untuk mengatasi faktor pembatas utama pada SPT VII untuk kengaga
yaitu menaikkan satu kelas dari subkelas kesesuaian lahan aktual menjadi
subkelas kesesuaian lahan potensial dengan pembuatan parit, pendataran, dan pH
H2O.
Hasil
analisis kemampuan lahan untuk kenanga pada SPT III dan XIV yaitu termasuk
dalam tingkat kemampuan lahan kelas III dengan faktor pembatas lereng berombak
dan tingkat erosi rendah. Usaha perbaikan yang dilakukan untuk mengatasi faktor
pembatas utama pada SPT III dan XIV untuk kenanga yaitupembuatan saluran
drainase. Hasil analisis kemampuan lahan untuk kenganga pada SPT III dan XIV
yaitu termasuk dalam kelas kemampuan lahan IV dengan faktor pembatas lereng
bergelombang dan tingkat erosi sedang.
2. Rekomendasi Konservasi Tanah
Pertanian
pada dasarnya untuk dapat meningkatan produksi dan
kepentingan kelestarian lingkungan perlu adanya pengelolaan tanah yang
baik (secara kualitas maupun kuantitas). Evaluasi kemampuan dan
kesesuaian lahan sangat diperlukan agar penggunaan lahan serta
pengolahan dan pengelolaannya dapat lebih disesuaikan dengan kondisi
lahannya baik dari segi sifat fisika, kimia ataupun biologinya, selain
dengan memperhatikan juga faktor-faktor pembatas yang ada.
Setelah itu perlu dilakukan rekomendasi konservasi tanah agar
tanaman yang terpilih yang dijadikan arahan penggunaan lahan dapat
bermanfaat untuk daerah setempat. Adapun rekomdasi konservasi tanah
tertera dibawah ini :
kepentingan kelestarian lingkungan perlu adanya pengelolaan tanah yang
baik (secara kualitas maupun kuantitas). Evaluasi kemampuan dan
kesesuaian lahan sangat diperlukan agar penggunaan lahan serta
pengolahan dan pengelolaannya dapat lebih disesuaikan dengan kondisi
lahannya baik dari segi sifat fisika, kimia ataupun biologinya, selain
dengan memperhatikan juga faktor-faktor pembatas yang ada.
Setelah itu perlu dilakukan rekomendasi konservasi tanah agar
tanaman yang terpilih yang dijadikan arahan penggunaan lahan dapat
bermanfaat untuk daerah setempat. Adapun rekomdasi konservasi tanah
tertera dibawah ini :
a. wa2= Ketersediaan
air dengan faktor pembatas lama masa kering dan
rekomendasi konservasi tanah dengan memperhatikan masa tanamnya.
Masa tanam adalah sangat penting dalam mengatasi faktor pembatas
lama masa kering karena bila kita menanam tanaman kopi robusta
harus diperhatikan kondisi lahan dan cuaca.
rekomendasi konservasi tanah dengan memperhatikan masa tanamnya.
Masa tanam adalah sangat penting dalam mengatasi faktor pembatas
lama masa kering karena bila kita menanam tanaman kopi robusta
harus diperhatikan kondisi lahan dan cuaca.
b. oa1= Ketersediaan
oksigen dengan faktor pembatas drainase dan
rekomendasi konservasi tanah dengan pembuatan parit.
Pembuatan parit dapat memperlancar aliran air ke sungai.
rc3= Media perakaran dengan faktor pembatas kedalaman tanah dan
rekomendasi konservasi tanah dengan pendataran.
Pendataran dilakukan untuk memperbaiki struktur, aerasi, dan drainase
tanah. Kondisi ini mempengaruhi ruang gerak arah akar untuk
menyerap air dan unsur hara serta memperbaiki tata udara dalam tanah.
Pendataran tidak perlu dilakukan secara efektif karena mengakibatkan
tanah terkikis sehingga lapisan top soil hilang. Pendataran dapat
memperbaiki struktur tanah, menghilangkan gulma, dan mencegah
terjadinya evaporasi.
rekomendasi konservasi tanah dengan pembuatan parit.
Pembuatan parit dapat memperlancar aliran air ke sungai.
rc3= Media perakaran dengan faktor pembatas kedalaman tanah dan
rekomendasi konservasi tanah dengan pendataran.
Pendataran dilakukan untuk memperbaiki struktur, aerasi, dan drainase
tanah. Kondisi ini mempengaruhi ruang gerak arah akar untuk
menyerap air dan unsur hara serta memperbaiki tata udara dalam tanah.
Pendataran tidak perlu dilakukan secara efektif karena mengakibatkan
tanah terkikis sehingga lapisan top soil hilang. Pendataran dapat
memperbaiki struktur tanah, menghilangkan gulma, dan mencegah
terjadinya evaporasi.
c. nr3,4= Retensi hara
dengan faktor pembatas pH H2O dan C-organik.
Rekomendasi tanah untuk pH H2O adalah pemberian seresah (mulsa),
dan untuk C-organik adalah dengan pengapuran.
Pemberian seresah (mulsa) dari sisa–sisa tanaman dapat menjaga
tanah akibat pengaruh buruk luar. Mulsa dapat menjaga suhu dan
kelembaban tanah sehingga meningkatkan aktivitas mikroorganisme
mendekomposisi senyawa organik. Selain itu sisa–sisa tanaman yang
dibenamkan ke dalam tanah juga berfungsi sebagai sumber bahan
organik setelah melapuk dan terdekomposisi meskipun pelapukan
berjalan lambat. Sedangkan pengapuran untuk meningkatkan pH tanah.
Rekomendasi tanah untuk pH H2O adalah pemberian seresah (mulsa),
dan untuk C-organik adalah dengan pengapuran.
Pemberian seresah (mulsa) dari sisa–sisa tanaman dapat menjaga
tanah akibat pengaruh buruk luar. Mulsa dapat menjaga suhu dan
kelembaban tanah sehingga meningkatkan aktivitas mikroorganisme
mendekomposisi senyawa organik. Selain itu sisa–sisa tanaman yang
dibenamkan ke dalam tanah juga berfungsi sebagai sumber bahan
organik setelah melapuk dan terdekomposisi meskipun pelapukan
berjalan lambat. Sedangkan pengapuran untuk meningkatkan pH tanah.
d. eh= Bahaya erosi
dengan faktor pembatas lereng dan bahaya erosi.
Rekomendasi tanah untuk lereng dan bahaya erosi dengan ters bangku.
Jenis teras ini adalah teras yang paling sempurna. Dibuat pada tanah–tanah yang mempunyai kemiringan antara 10–30 % dengan tujuan
untuk mencegah hilangnya lapisan tanah akibat erosi. Teras ini dibuat
dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah dibagian bawah
sehingga menjadi suatu deretan berbentuk bangku. Teras bangku
merupakan serangkaian bidang datar atau miring ke sebelah dalam
sekitar 3 %. Pada tepi teras dibuat pematang dengan lebar sekitar 20
cm dan tinggi 30 cm, ditanami dengan tanaman penguat teras seperti
lamtoro, rumput makanan ternak bahkan dapat ditanami dengan
tanaman nanas. Rekomendasi konservasi tanah dari SPT I–SPT VIII
adalah dengan penambahan sisa–sisa organik ke dalam tanah serta
pembuatan teras sesuai dengan kemiringan lereng dan pengolahan
tanah. Dengan adanya masukan teknologi untuk menanggulangi faktor–faktor yang ada pada tiap SPT maka SPT tersebut akan berpotensi
untuk dikembangkan.
Rekomendasi tanah untuk lereng dan bahaya erosi dengan ters bangku.
Jenis teras ini adalah teras yang paling sempurna. Dibuat pada tanah–tanah yang mempunyai kemiringan antara 10–30 % dengan tujuan
untuk mencegah hilangnya lapisan tanah akibat erosi. Teras ini dibuat
dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah dibagian bawah
sehingga menjadi suatu deretan berbentuk bangku. Teras bangku
merupakan serangkaian bidang datar atau miring ke sebelah dalam
sekitar 3 %. Pada tepi teras dibuat pematang dengan lebar sekitar 20
cm dan tinggi 30 cm, ditanami dengan tanaman penguat teras seperti
lamtoro, rumput makanan ternak bahkan dapat ditanami dengan
tanaman nanas. Rekomendasi konservasi tanah dari SPT I–SPT VIII
adalah dengan penambahan sisa–sisa organik ke dalam tanah serta
pembuatan teras sesuai dengan kemiringan lereng dan pengolahan
tanah. Dengan adanya masukan teknologi untuk menanggulangi faktor–faktor yang ada pada tiap SPT maka SPT tersebut akan berpotensi
untuk dikembangkan.
V.PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa setiap SPT mempunyai
kriteria lahan yang berbeda dan kesesuaian lahan yang berbeda pula. Kemampuan lahan
untuk bawang merah pada SPT I, II, III,
V, XI, XIII dan yaitu termasuk
dalam tingkat kemampuan lahan kelas II. Kemampuan lahan untuk bawang merah pada
SPT III, IV, VI, VII, IX, X, XI, XII dan XIV yaitu termasuk dalam tingkat
kemampuan lahan kelas III dengan faktor pembatas drainase yang terhambat. Kesesuaian
lahan untuk tanaman padi sawah pada SPT I, II, III, IV, V, VII, VIII IX, X, XI,
XII dan XIII termasuk tingkat kemampuan lahan kelas II dengan faktor pembatas
S2 yang berarti batas ambang sesuai dengan faktor pembatas utama ketersediaan
air yang berupa curah hujan dan ketersediaan oksigen yang berupa drainase. Kemampuan
lahan untuk padi sawah pada SPT VIyaitu termasuk dalam tingkat kemampuan lahan
kelas III dengan faktor pembatas lereng bergelombang dan tingkat erosi agak
rendah. Kemampuan lahan untuk tanaman padi sawah pada SPT III dan XIV memiliki
tingkat kesesuaian lahan yaitu N (wa) yang berarti usaha perbaikan untuk
meningkatkan dari aktual ke potensial sangat sulit untuk dilakukan. Kemampuan lahan
untuk cengkeh pada SPT I, II, IV, V, VII, VIII, IX, X, XI, XII dan XIII yaitu
termasuk dalam tingkat kemampuan lahan kelas II dengan faktor pembatas lereng
berombak dan tingkat erosi rendah. Kemampuan lahan untuk cengkeh pada SPT VI
dan XIV yaitu termasuk dalam tingkat kemampuan lahan kelas III dengan faktor
pembatas lereng berombak dan tingkat erosi rendah. Kemampuan lahan untuk kenanga pada SPT I, II, IV, V VII, VIII,
IX, X, XI, XII, dan XIII yaitu termasuk dalam tingkat kemampuan lahan kelas II
dengan faktor pembatas lereng bergelombang dan tingkat erosi sedang. Kemudian kemampuan
lahan untuk kenanga pada SPT III dan XIV yaitu termasuk dalam tingkat kemampuan
lahan kelas III dengan faktor pembatas lereng berombak dan tingkat erosi rendah.
Saran
yang dapat saya ajukan dalam pelaksanaan praktikum ini yaitu alat yang digunkan
harus diperbaiki, kalau bisa di tingkatkan alat yang modern untuk mempermudah
praktikan dalam melaksanakan praktium.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Faisal. 2003. Manajemen
Perbankan. Edisi Revisi. Penerbit UMM.
Malang.
Djaenudin,
D., Marwan H., Subagyo H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan
untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. 154 Hal.
Hanafiah,
Kemas Ali. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Lihawa,
Fitryane. 2011. Konservasi Dan Reklamasi Lahan. Perpustakaan Nasional Katalog
Dalam Terbitan ISBN.
Lihawa,
Fitryane. 2011. Konservasi Dan Reklamasi Lahan. Perpustakaan Nasional Katalog
Dalam Terbitan ISBN.
Mahi, Ali Kabul. 2005. Survei Tanah dan
evaluasi Lahan. Unila press. Bandar Lampung.
Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Bahan Ajar Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
http://dasar2ilmutanah.blogspot.com Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi
ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. 233 halaman. Rayes, M. L. 2007.
Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta.
298 halaman.
Nugrayasa, Oktavio. 2012. http://setkab.go.id/artikel-5746-5-masalah-yang-membelit-pembangunan-pertanian-di-indonesia.html.
Diakses 2 Juni 2014.
Nugroho, I. dan Dahuri, R. (2004), Pembangunan Wilayah, Perspektif Ekonomi,
Sosial dan Lingkungan, LP3ES, Jakarta.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.
2010. Laporan Hasil Penelitian Tahun
Anggaran 2010/2011, Penelitian Optimalisasi Penggunaan Lahan Daerah Aliran
Sungai (DAS), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Rayes, Luthfi. 2007. Metode
Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Ritung, Sofyan . 2007. Panduan Evaluasi
Lahan. Balai Penelitian Tanah Dan World Agroforestry Centre. Bogor.
Sartohadi.
2012. Pengantar Geografi Tanah. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Sinukaban, N. 2005. Manual Inti tentang Konservasi Tanah dan Air
di Daerah Transmigrasi,PT. Indeco Duta Utama, Jakarta.
Sugandhy, A. 2012. Penataan Ruang Dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Gramedia, Jakarta.
Sugiharto, B. 2011. Arahan Pemanfaatan Lahan Untuk Kegiatan
Permukiman Berdasarkan Analisis Kesesuaian Lahan dan Penilaian Kualitas SUB DAS.
TesisProgram Magister, Institut Teknologi Bandung.
Tim Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat. 2006. Petunjuk Teknik
Evaluasi Lahan, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat bekerjasama dengan
Proyek Pembangunan Penelitian
Sutanto, R. 2005. Penerapan Pertanian
Organik. Jakarta .Penebar Swadaya,
Sutanto,
R. 2005. Dasar – dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisius, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar